-->
” Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.
QS. Al-Imran (3), Ayat 185
“ Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kami lah kamu akan dikembalikan. ” QS. Al-Anbiya` (21), Ayat 35
"Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201).
Tiba-tiba aku mengingat tentang kematian. Kematian yang pasti akan
terjadi pada setiap makhluk. Kematian yang jelas telah Allah sebutkan
berulang-ulang dalam Al Qur’an.
QS. Al-Imran (3), Ayat 185
“ Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kami lah kamu akan dikembalikan. ” QS. Al-Anbiya` (21), Ayat 35
Itu adalah 2 cuplikan ayat di Al Qur’an yang menjelaskan tentang
kematian. Dua ayat yang diawali dengan kalimat yang redaksinya hampir sama. “tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati”. Apakah manusia berjiwa? Apakah kita berjiwa?
Apakah aku berjiwa? Lalu….apakah kita akan mati? Apakah manusia akan mati?
Teringat teman dekatku dulu ketika SD. Namanya Umi martina, aku jelas
benar mengingat bagaimana perawakannya. Sudahlah tidak usah aku sebutkan, aku
sedih mengingatnya. Aku hanya berpikir, dia meninggal ketika usianya 11 tahun
menginjak 12 tahun. Usia yang belum baligh. Tentu saja dia masih suci, belum
ternoda dan belum juga bertumpuk dosa seperti aku. Sungguh..aku yakin dia di
surga kini menanti Ayah-Bundanya untuk berkumpul di sana? Itu cerita
tentangnya, anak yang masih suci.
Bagaimana dengan aku kalau mati saat ini? Apa yang bisa aku banggakan?
Bagaimana denganmu? Apakah kau sudah merasa “pantas” untuk bertemu Robbmu? Apakah
Allah sudah pasti akan memanggil kita dari jauh dan menatap kita dengan senyum?
Apakah kita akan masuk ke dalam lingkaran surga bersama kekasih Allah? Apakah kita…………..?
apakah kitaaaaaaaaaa? Apakah akuu…………….?
Ya Robbi…bertubi-tubi pertanyaan melintas di pikiranku tentang akhir
hidupku. Terkadang aku merasa agar dosaku tak semakin bertumpuk, ingin rasanya
saat taubat seperti ini, sesegera mungkin aku bertemu denganMu. Namun…ada
kalanya hamba masih ingin di sini. Menyemai pahala sebanyak-banyaknya,
menghapus dosa hamba yang hitungannya sudah tak terukur. Ya Robbi….pantaskah
airmata hamba menjadi penebus dosa selama hidup bertahun-tahun dengan dosa?
Masih ingatkah aib dan dosa-dosa yang kita lakukan, sobat? Masih ingatkah?
Masih ingatkah bagaimana kau melanggar syariat Allah dengan sadar? Masih ingatkah
kegalauan ketika kau bermaksiat sementara di tengah-tengahmu suara adzan
berkumandang, anak-anak bersholawat pada Rasulnya? Masih ingatkah ketika kau
menghambur-hamburkan uang dengan menonton, makan berlebihan, shopping yang
jelas sekdar keinginan bukan kebutuhan sementara di samping kita begitu banyak
anak-anak, orangtua peminta-minta yang kita abaikan saja? Ya Allah…………bagaimana
kami mampu menghapus dosa-dosa kami ini?
Wahai diri….masih ingatkah engkau dengan masa kecilmu? Ketika engkau
belum mampu berjalan, ayahmu dengan tenang dan sabar menatihmu hingga lengan
mereka lelah namun mereka abaikan. Masih ingatkah bagaimana ibumu sedikit
membelanjakan uangnya demi membayar uang sekolah kita? Dan apa balsanmu? Kau mengingkari
janjimu dengan berbuat dosa setiap saatnya kini?
Masih ingatkah dengan peluh dan keringat ayahmu ketika pulang dari
mencari nafkah? Masih ingatkah engkau dengan tangisan Ibu di tengah sepertiga
malamnya sementara kita nyenyak tertidur? Sadarkah engkau wahai diri dengan
pengorbanan jiwa, raga, fisik, do’a kedua orangtuamu? Apa yang mampu kau balas
untuk mereka? Hal baik apa yang mampu engkau berikan sebelum wafatnya? Apa…? Apa…wahai
diri?
Hanya segudang maksiat yang bisa kau pamerkan? Kau perbudak dirimu
dengan kesenangan duniawi yang tak berujung….
Wahai diri..bagaimana kau akan merasakan nikmatnya iman sementara
engkau masih bersenang-senang dengan kebathilan. Bagaimana kau akan merasa
bahagia sementara kau diam saja melihat kemiskinan…
Ya Robb….mengapa pintu hati kami tertutup? Ya Robbi…masihkah kami bisa
kembali kepadaMu??
Ya Allah…apa yang bisa kami bawa sepulang kami dari dunia ini? Malu kami
rasanya.. bagaimana kami mampu melihat aib-aib kami dipertontonkan di hari
perhitungan? Bagimana kami mampu memikul derita kami nanti di surga? Masih bisakah
Engkau memaafkan kami hingga kami bersih sebersih-bersihnya? Ya Allah….ampunilah
kami. Ampunilah…..
Ya Robbi..ini benar-benar jeritan hati kami. Jeritan hati seorang
pendosa yang ingin bertaubat. Jeritan hati hamba yang lalai. Masih bisakah
Engkau menuntun kami untuk ke jalan yang benar. Kami tidak ingin pulang
kepadaMu dengan tangan kosong. Atau bahkan dengan tangan yang menggenggam
lumpur dosa? Kami hanya ingin menghadapMu dengan wajah penuh rona cahay. Ingin kami
hanya berkumpul dengan orang-orang sholih. Tak ingin kami mencicipi hawa neraka
ya Allah…..sungguh ya Allah…
Ya Allah…kami mohon jaga kami. Tetapkan kami di jalanMu. Matikan kami
dalam keadaan Khusnul Khotimah. Jadikan kami sebaik-baik umat di zaman kami,
umat yang memberi manfaat. Umat yang senantiasa bertaubat, bukan ketika kami
melakukan maksiat tapi juga dalam keadaan taat. Ya Robbi..terimalah permohonan
kami….
"Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201).
#catatan menuju kematian
muhasabah diri.