Sabtu, 14 Januari 2012

Nikmat mana lagi yang mampu aku dustakan?

Cathar 4-14 Januari 2012

Rabu, 4 Januari 2012
Bedroom, 20:00
Ponselku berdering perlahan. Ada pesan rupanya, oh...balasan dari mbakku. "Alhamdulillah jadi, fix tanggal 19 januari." tanggal19? langsung aku meluncur ke kalender di ponselku. Tanggal 19 januari ternyata hari kamis. "Bukan hari yang baik",pikirku.

Kamis, 5 Januari 2012
"Bu, aku izin tanggal 19 ya....mau pulang ke rumah. Ada acara yang tidak bisa ditinggalkan.
"iya, nanti kusampaikan dulu."
Tak apa meski menunggu. Tidak selamanya menunggu itu membosankan.

Jum'at, 6 Januari 2012
"bagaimana bu?"
"belum bisa diputuskan sekarang bu. Kalau dari saya bisa."
hmmm......aku butuh kepastian karena kalau tidak jadi,berarti planning B akan kujalankan.

Senin, 9 Januari 2012
Sembari menunggu kegelisahan karena kumenunggu, terencana sebuah agenda yang sudah lama terpikirkan. Go To Solo, as backpacker!!! seru sepertinya, pas juga dengan rencana menggali budaya Solo yang akan digaungkan di sekolah kelak. So???
Tetap, semua masih harus menunggu. Dan ternyata menunggu itu mulai terasa membosankan. Ini bukan hari yang baik.

Selasa, 10 Januari 2012
"Bu, jangan lupa ya. Aku udah pesan sejak raker lho."
"iya bu...nanti disampaikan"
Dan aku hanya bisa tersenyum kecut dengan harapanku yang juga terlalu lebay mungkin...
Dan yang kurasa, ini bukan hari yang baik.

Rabu, 11 Januari 2012
"Bu, sudah kusampaikan. Tapi dengan alasan yang diajukan, belum mendapat izin. Karena secara peraturan kepegawaian, alasan itu tidak tercantum."
Aku rasanya hampir ingin menggigit apa saja yang ada di sekelilingku. Waw....seperti itukah kejamnya hari padaku?Sungguh...hari ini benar-benar bukan hari yang baik.

Dan akhirnya....aku tertidur di ruang Talenta hingga pukul 16.30 dalam mimpi buruk yang berujung nyata.

ba'da isya'
Aku termangu dalam untaian kalimat yang masuk ke dalam ponselku. Sebuah kalimat panjang yang hanya kubalas dengan ,"thank infonya". Aku kejam?? ya....aku sedang tak baik. Bila ada kalimat lain yang kutulis, itu justru akan membuat suasana tambah runyam. Alhamdulillah..Allah masih menjagaku.
Namun ternyata tidak juga. Sederet kalimat yang seharusnya tak terupload secara sengaja terpampang di dua   media mayaku. Selesai untuk malam ini.

Dinginnya malam menusuk sendi-sendi tubuhku. Semakin dingin disergap suasana hati yang tak kunjung menentu. Ini bukan hanya tentang aku, kepentinganku. Tak sadarkah? Bukankah setiap orang mempunyai kepentingan masing-masing? Dan aku punya itu.

Tertulis dari diary hatiku
"aku tak menginginkan ini. Aku hanya berharap semua akan berjalan baik-baik saja. Untukmu wahai saudaraku dan untuk semuanya. Aku ingin melihat senyuman itu datang dan menghapus 26 tahun yang sudah lewat. Tak ada yang lebih indah dari hidupku dibandingkan melihatmu tertawa dalam suka, bukan duka yang selalu terendap di dasar jiwamu yang sesungguhnya rapuh. Namun itu kini layaknya sebuah fatamorgana yang keberadannya antara ada dan tiada. Padahal ketiadaan itulah yang akan kupugar, untukmu wahai saudaraku".

Malamku semakin hening tertawan oleh langit yang mendungnya sampai menjalar ke seluruh tubuhku, mengoyakkan aliran nafasku.

Kamis, 12 Januari 2012
Wajah-wajah suci telah menyambutku dengan senyum ceria yang mempesona, tanpa terpaksa dan berdusta. Sedang aku??
Mutiara-mutiara itulah yang selalu membangkitkan nyawaku yang terkadang tertinggal setengahnya dalam ruang hati yang tak kunjung membaik.

ba'da dzuhur
"aku mau tanya dulu nich, kalau kamis-jum'at absen kira-kira keberatan tidak?"
"kalau kamis, kalau bisa jangan bu. Karena mengkondisikan anak-anak itu tidak mudah ketika di kelas.
"iya...tapi kan tetap ada helper, mereka bisa membantu pasti."
"tetap aja beda bu..."
"tapi intinya diizinkan kan?"
"kalau dari kepsek bagaimana?"
"ya tidak diizinkan"
"diikuti saja bu"
"intinya kalau saya izin dengan atas izin dari bapak, bisa kan?"

Beberapa kalimat sudah kuanggap angin lalu. Ya Allah...bagaimana lagi ini? Ini tak semudah seperti yang oranglain bayangkan? tidak bisakah memposisikan dalam posisiku kini? sungguh kejam!
Sungguh...hari ini sangat tidak baik. Ini bukan sekedar menunggu, namun ini lebih dari sekedar menyiksa batinku.

Jum'at, 13 Januari 2012
"hari ini aku mau bilang tentang izin itu. Mungkin kalau tidak ya tanpa izin."
"tapi redaksi kalimatnya jangan begitu bu"

Tekadku sudah bulat, apapun hasil yang kudapat hari ini, satu keputusan sudah di tangan. Ini bukan perizinan, tapi pemberitahuan. Pemberitahuan tanpa penolakan!

"maaf bu, bukan tidak mau memahami namun di peraturan kepegawaian memang tidak tercantum untuk satu alasan itu. Jika saya memberi izin, berarti saya mengistimewakan. Kita bicarakan lagi senin ya bu, silahkan dipikirkan lagi."

Sejujurnya aku sudah tau jawaban itu, dan aku tak mau jawaban itu.


"Dalam lelah aku hanya bisa pasrah karena dibalik skenarioNya pasti tersimpan hikmah. Terlalu banyak keluh kesah yang keluar dari bibir ini". Bahkan marahpun hanya pelampiasan yang tak tentu arah".


Sabtu, 14 Januari 2012
On the Bedroom, 06.00 pagi
Sebuah frekuensi kudengarkan menemani dinginnya pagi. Sang penyiar mengatakan cuaca hari ini sangat tidak bersahabat. Jika aku yang merasa, dari kemarin pun tidak bersahabat rasanya.
Tampak dari jendela kamarku, gerimis hujan mengguyur tanahku yang semakin lama semakin basah saja. Sang Surya pun seakan malu-malu menampakkan sinarnya. Hanya sayup-sayup terdengar suara ayam jantan berkokok berbarengan dengan suara penyiar yang menggema di telingaku. Selimut yang masih belum kulipat kembali kutarik menutupi seluruh tubuhku dan kulanjutkan merangkai mimpi indah di balik dunia yang lain. Ohh...kapan hujan ini akan berakhir? Aku berencana akan pergi ke sebuah stasiun dan membeli karcis untuk menuju Solo tanggal 20 Januari. planning B yang akhirnya terwujud. Tapi hujan menghentikan langakhku. Bahkan belum sampai menuju stasiun, semuanya terhenti. Dan hingga siang menjelang, awan gelap masih menggantung di atas langit bersama butir-butir air yang perlahan turun.

bedroom, 16.30
"bagaimana persiapannya? sudah beres?"
sebuah pesan kukirimkan.
"nanti ya, sedang ada perlu"
"ok", jawabku.

18.03
"eh, agendanya diubah lho. Jadinya tanggal 21."
what???apa ini?
seperti oase di padang pasir yang luas, memberi setitik kebahagiaan pada jiwa yang gersang. Dengan sederet kalimat lainnya, akhirnya aku tertawa merekah. Satu minggu sudah aku memendam tawa ini untuk tawa yang lain. Namun dibalik semua itu, aku tau Allah benar-benar pembuat skenario yang baik.

Aku kini tahu, kenapa hari ini hujan deras hingga ragaku tak bersegera bergerak. Karena Allah ingin mengajariku tentang kesabaran, ternyata menunggu itu bukan hanya mampu diwakili dengan kata "melelahkan", namun dibalik itu tersimpan berjuta hikmah jika kita mampu menggalinya.

21 Januari, mungkin akan terukir cerita tersendiri dalam diary hidupku. :)

Special thank to Eka Safitri, Ulfatun Ni'mah, Ahmad Dahlan. Berjuta kata pengaduan dan kekesalan mungkin tertumpah selama ini yang tak kunjung ada akhirnya. Diary ini sengaja kutulis sebagai bukti bahwa aku masih bersyukur atas nikmat mempunyai sahabat pejuang seperti kalian. Satu yang masih dalam tanda tanya, "aku berbuat baik apa ya hingga Allah memberikan sesuatu yang hebat pada akhirnya"
(Sungguh....Nikmat mana lagi yang bisa aku dustakan?)

I Love U Full, Bapak-Ibu....:)

Untukmu Ibunda dan Ayahanda TerCINTA

Entah, ketika aku menuliskan ini, apa yang sedang Ibu dan Bapak lakukan. Ibunda, kau kupanggil Ibu. Nama indah, mempesona yang selalu menggoreskan makna dalam tiap rangkaian hurufnya. Dan engkau Ayahanda, Bapak tersayang yang selalu memberikan berjuta uraian kalimat penuh hikmah. Damai rasanya aku bersamamu,melewati beribu kisah sedari engkau remaja hingga kini memasuki usia sang mega. Sejarahmu tak ubahnya kisah Sang Bharatayuda atau kisah Ramayana, :)
Ohh....ibu dan bapak. Nikmat yang mungkin terelakkan mempunyai orangtua sehebat kalian.
Namun, mampukah aku seperti kalian? memberi kasih tanpa pamrih, menjagaku tanpa meminta sedikitpun imbalan dariku. Bahkan kesedihanmu pun tak ingin kau bagi denganku. Mana baktiku untukmu, Bapak-ibu? Belum setitik kebahagiaan rasanya kuberikan padamu...

Bapak...Ibu...sejujurnya aku ingin mengatakan dengan berjuta bahasa tentang perasaan ini. Perasaan anakmu yang jauh dari tatap mata dan jumpa. Namun bibir kelu ketika aku melihat kalian. Kebahagiaanku telah membungkam semua kata yang telah kubuat dalam sebuah cerita. Aku pun malu rasanya bercengkrama dengan kalian tanpa prestasi yang mampu kalian banggakan.

Bapak...Ibu....dalam lubuk hatiku, terucap terimakasih yang tiada terkira untuk kalian, Sang Pelita dalam hidupku yang belum tergantikan hingga kini. Banyak kata pun tak mampu membalas apa yang telah kalian berikan. Namun ternyata di balik ucapan terimakasih ini tersimpan berjuta kata maaf yang jauh tak terungkap. Maafku karena sering membuat kalian kecewa, maaf untuk kesalahan-kesalahan ananda yang masih sering anda lakukan. Maaf untuk hidup ananda yang belum memberikan keceriaan dan kebahagiaan. Maaf untuk harapan ayah dan bunda yang belum terlaksana, maaf untuk semua Ibu dan Bapak tercinta....
Bapak....Ibu....aku akan terus membuat kalian tersenyum, :)

I LOVE U FULL......