Kamis, 30 Agustus 2012

Haru dalam senyuman

Aku benar-benar terharu. Ingin menangis rasanya. Tapi tidak, dia ada di depanku dengan wajahnya yang sudah hampir enam bulan aku tak melihatnya. Dua jam yang lalu dia masih memarahiku melalui ponselnya.
"Ohh...jadi begini caranya. Sudah 2 minggu tapi tidak kasih kabar", ujarnya. Hmm....tapi aku biasa saja. Dan masih biasa saja. Namun kini dia ada di depanku sambil tetap memarahiku. Raut wajahnya yang mulai kesal karena sikapku yang terkesan biasa saja menangkap segala bentuk ekspresinya. Aku sedih? Aku marah balik padanya? Tentu tidak. Aku ingin memeluknya dan ingin menceritakan banyak hal. Sungguh...rasanya ingin kudekap ia tapi tak bisa dan aku tak akan melakukannya. Apakah aku secengeng itu?
*********
Mengingatnya hampir 6 tahun yang lalu ketika aku pertama kali menyapanya. Bukan...dia yang menyapaku. Dengan bahasanya yang sangat santun dia menghubungiku via sms, mengajakku bertemu di satu tempat, hari pertama aku menginjakkan kaki di kampus. Ketika itu, ketika aku belum mengenalnya.
*********
Dia masih di depanku, gubuk sederhana Ibu dan Bapakku di wates, dengan beribu kata yang meluncur dari bibirnya. Akhirnya omelannya berakhir juga. Dia menanyakan dari A hingga Z, dari aku sakit hingga aku sembuh. Dia begitu seksama mendengarkan ceritaku. Sekali-kali terlihat nada kaget dan sedih dari wajahnya. Tak jarang juga dia menyebut "Innalilah....ya Allah....Subhanallah.. dan beberapa kalimat thoyyibah lainnya. Sungguh...dia berbeda, semakin berbeda. Bukan...dia semakin istimewa.
*********
Rambutnya tak lebih dari sebahu, hitam agak kemerahan. Wajahnya lonjong dengan hidung yang panjang serta cukup mancung menghias wajahnya. Tak bosan-bosannya dia tersenyum kala bertemu oranglain. Tingginya sekitar 160 cm, cukup kurus dibanding aku. Ibunya selalu berkata, "Nafta....kasih reseplah untuk dia ini biar gemuk". Hahahaaaa...kami tertawa saja mendengarnya.
*********
Empat tahun perjalanan kami bersama. Berdua tapi masih ada yang beda. Dalam do'aku selalu kupanjatkan agar dia mampu menjadi yang sempurna. Kesempurnaan seorang makhluk di hadapanNya. Kesempurnaan seorang dia dengan menjaga mahkota keindahannya.
*********
Aku sudah mendengarnya waktu itu, dari Mpit. Aku benar-benar terharu dan sangat bahagia. Andaikan aku mampu bersamanya, menghabiskan waktu untuk perayaan kebahagiannya waktu itu. Namun tak bisa, aku sangat sedih. Aku hanya mampu melihat photo-photo yang dia upload. Hmm....kau curang...
*********
Kini kami berssama. Indahnya....bernostalgia masa-masa kuliah. Ketika ujian, bolos kuliah hingga rampung skripsi. Meski aku lebih lama darinya tapi supportnya tak terhenti di kala mata kami tak jua saling pandang.
Senyumanmu kini semakin indah sayang, berbalut selembar kain di mahkotamu. Meski beberapa kali kita tlah berjumpa setelah waktu itu, namun ini terasa lebih berbeda.
Kau tahu, sakitku hilang sudah tertelan tawa yang keluar dari candaan hari ini. Sungguh...kedatanganmu melulihkan semuanya.
*********
Allahlah sumber kebaikanmu sahabatku, Ratna Utami Dewi.

Rabu, 29 Agustus 2012.

Sepenggal episode di hari senin, 13 Agustus 2012
dengan penggubahan seperlunya.