Sabtu, 02 Juni 2012

Sepi

Sedih rasanya..
Mendengar teman bercerita bahwa malam ini ada wisata kematian. Harusnya aku berada di sana, namun aku masih di sini. Ditemani sepi yang tak berganti sedari tadi....
Harusnya aku di sana...bersama teman seperjuangan. Mungkin bila aku di sana perasaanku pun tak akan berkecamuk. Karena manusia butuh fokus, termasuk di dalamnya aku. Tak bisa berjalan sendiri tanpa penuntun.
Hmm....seandainya aku ada di sana....
Namun sayangnya aku tepat di sini....
Ya Robb....aku ingin di sana...
Rindu teman dan saudara di sana...
Semoga sakit ini mampu menghadirkan hikmah untukku..
Pasti.

~Ruang cahaya~
dalam diam.

‎"why do I need a teacher when I've got Google"

‎"why do I need a teacher when I've got Google"


Selarik tulisan di atas saya copas dari kalimat Mr. David Kaye, Pengisi English Training from Pearson  Rabu lalu. Kami semua yang hadir di Green Tower, Tebet yang notabenenya guru ditanya tentang satu pertanyaan di atas. Seandainya ada seorang anak berkata kepada kami, "Mengapa saya membutuhkan guru ketika saya telah menemukan google?" What's ur answer?

Dalam Perangkat pendidikan, banyak hal yang menjadi komponen penting. Diantaranya ada guru, media pembelajaran, metode dan buku sebagai sumber atau acuan. Ini menurut sumber yang dapat dari pelatihan. Persepsi orang bisa berbeda, jadi tak ada yang perlu dipermasalahkan. Nah, dari komponen di atas, manakah yang lebih penting? Ketika seseorang yang akan belajar hanya dibolehkan memilih salahsatu, manakah yang sejatinya harus dipilih?

100 Untuk Anda yang menjawab Guru. Mengapa guru? Mengapa bukan buku? Bukankah buku bisa mengajari kita segalanya, ia juga banyak memberikan nilai, inspirasi, motivasi dan semua pembelajaran tentang hidup. Mengapa pula bukan media. Media banyak bukan cakupannya? Ada alam sebagai media terbesar yang gratis juga untuk dipelajari, atau bukan yang lainnya? Bahkan saat ini ada "Mbah Gugel" yang bisa menjawab semua pertanyaan kita. Ketika kita galau, butuh motivasi, kita bisa mengklik kalimat motivasi dari gugel. Kita sedang galau karena tak bisa masak, bisa juga tanya mbah gugel. Bahkan ketika seorang guru tak punya bahan untuk mengajar, bukankah dia juga tanya gugel? Lalu, Mengapa guru yang menjadi utama di sini?

Saya pernah mendengar singkatan dari guru waktu dulu. Guru, digugu dan ditiru. Entah ini peribahasa atau bukan, yang jelas makna dari singkatan guru tak jauh beda dengan pemaknaannya sehari-hari. Kini, kita bisa menelaah lebih jauh tentang makna guru. Guru di sini adalah manusia, makhluk Allah dengan penciptaan yang sangat sempurna karena dapat berpikir, merasa, dan bertindak. Guru sangat penting dalam pembelajaran. Mungkin benar, siswa bisa belajar dari buku yang ia baca. Siswa juga bisa mengeksplor sendiri alam dengan kemampuannya. Namun bisakah mereka menjaawab dengan bahasa hati? Mampukah benda-benda mati tersebut memberikan apresiasi terhadap usaha, jerih payah, keberhasilan siswa? Bisakah mereka menjadi tauladan. Tidak, jelas tidak. Mereka tidak akan sempurna memberikannya. Tumbuhan dan hewan adalah sahabat manusia, mereka bisa berinteraksi dengan manusia. Namun mereka tak akan mampu memberikan solusi atas permasalahan kita. Mereka tak akan mampu memberikan ekspresi tentang apa yang kita rasakan. Tidak halnya dengan guru.

Dengan segala kekurangannya, guru tetap menjadi bagian utama. Guru bisa mengajari kita tentang bagaimana berkomunikasi, berinteraksi, juga berekspresi. Ialah yang menjadi tauladan. Makhluk ciptaan Allah lainnya tidak mampu mengajarkan karakter kepada kita, gurulah yang membentuk karakter kita. Itu sebabnya guru menjadi insan yang mulia. Guru bisa menjadi tauladan ketika ia mampu berdedikasi bukan sekedar mencerdaskan otak manusia saja. Namun ketika ia mampu membentuk akhlakul karimah. Ketika ia mampu memberi solusi masalah dengan hati. Ketika seorang bekerja dengan keikhlasan dan hanya mengharap Ridho Allah tanpa membandingkan dengan upah yang diterima, maka InsyaAllah apa yang disampaikan kepada anak didiknya akan mengalir dengan begitu mudah. 

Di sinilah letak kemuliaan guru. Karena hanya guru yang mampu memanusiakan manusia bila dibandingkan dengan komponen pendidikan lainnya. Walaupun dengan kurikulum yang hebat, tanpa guru semuanya akan sia-sia.
Semoga guru yang saat ini mengabdi, merekalah pejuang sejati. Pejuang Allah yang mencerdaskan generasi setelah Rasulullah. Karena hanya dengan memberi tauladan serta mencontohkan, kita dapat berbagi dengan yang lain. Mari sahabat-sahabat, menjadi guru karena Allah. Ikhlas dan senantiasa mampu menjadi tauladan karenaNya. Kecerdasan dan kreativitas anak didik bukan berada di tangan kita, semuanya sudah digariskan dengan Allah. Namun dengan usaha serta do'a-do'a kita, insyaAllah apa yang kita harapkan kepada anak didik akan diijabah oleh Allah. 

So, sudah terjawabkah pertanyaan di atas?
Wallahu a'lam Bisshowab.

Sahabat ==> Saudara

Kala aku masih mampu mengingatnya
Aku ketika itu masih duduk di bangku taman kanak-kanak
Meski memoriku tak seutuhnya benar
Aku masih ingat
Aku yang paling jahil diantara kalian
bahkan mungkin menyebalkan
Maaf kawan....

Menginjak sekolah dasar
Aku masih bersama kalian
Enam tahun kita lewati bersama
Enam tahun penuh canda tawa
Tanpa beban, duka dan nestapa
Dan tetap sepertinya
Aku yang sering menyebalkan
Hmmh...
maaf kawan

Masa remaja tiba
Pilihan hidup pun berbeda
Kita tak lagi bersama-sama
Namun Allah masih menyatukan hati kita
Dalam bahagia selalu ada berita
Dalam kehampaan kadang kita tak berbagi bersama
Namun tak mengapa
Melihat kalian bahagia itu cukup membuatku bangga
Kalian hebat....sahabat...

Waktu berjalan
Merangkai hari-hari kita
Menjadi mimpi yang sempurna
Seperti kesempurnaan jalinan kita
Tetaplah hebat...saudaraku...

Begitu banyak waktu yang tertempuh
Begitu banyak perubahan yang terjadi
Dari teman menjadi sahabat
sahabat menjadi saudara
Semoga persaudaraan ini akan abadi
Hingga Allah mempertemukan di telaga FirdausNya...
Amiin

Special For Unaiyatin Hasanah dan Sri Ambar Wati

Bapak & Ibu

Tiba-tiba teringat Bapak dan Ibu di rumah...
Sudah lama tak jumpa, sudah 1 bulan. Harusnya aku pulang. Hiks....namun tak bisa. Selain ada agenda, sekarang pun sedang tak mampu beraktivitas banyak. Hmm....apa kabar mereka ya? Sejatinya sudah mendengar kabar mereka, tapi bila tak bertatap muka secara langsung ternyata beda sekali rasanya...
Hmm...Ibu...bapak....tak tergantikan. Kerinduan yang abadi..
Tapi, dipikir-pikir, pernah gak ya rindu dengan Allah hingga ingin bertemu saat ini juga?
Ya Robb...Engkau lebih memahami....

Intinya, aku hari ini benar-benar rindu mereka. Rindu di atas segala-galanya.
Miss u So Much....

Sakit ~ Sarana Muhasabah

Alhamdulillah...
atau
Innalillahi wainna ilaihi rooji'uun....
Aku sakit lagi...
Awalnya sedikit mengeluh dengan keadaan ini. Namun setelah dipikir-pikir, banyak juga nikmat dan hikmah yang dapat diambil. Alhamdulillah....Allah masih sayang padaku. Ia masih mengingatkanku untuk selalu kembali padaNya.
Setiap kali mendapat musibah, sudah selayaknya kita harus berinstropeksi diri, ada apa dengan diri ini? Mungkin ini sekedar teguran dari Robb Yang Maha Kuasa, cobaan atau bahkan Ujian? Jelas ketiganya mempunyai prespektif yang berbeda. Namun terlepas dari itu semua, sudah seyogyanya kita kembali memuhasabah diri. Bisa jadi kita memang telah banyak berbuat salah dan khilaf, dan inilah pengampunan Allah dengan menggugurkan dosa-dosa kita bila kita ikhlas menerima sakit ini. Lebih dari itu, semoga kita (aku) mampu memperbaiki kesalahan-kesalahan yang belum sempurna walaupun tak ada seorang pun yang mampu menjadi sempurna. At least, mencoba tiada salahnya, dan harus terus mencoba...

Alhamdulillah....sakit ini mengingatkanku pada KeMahaanMu. Nikmat sehat yang selalu aku terima benar-benar harus dijaga dengan baik. Nikmat sehat yang cuma-cuma diberikan. Hmmm....sulitnya menjaga. Dan di atas segalanya aku harus bersyukur karena Engkau masih menjadi Tuhanku, Tuhan yang selalu menjagaku baik aku dalam keadaan baik ataupun tidak. Sungguh....tiada pembanding keMahasempurnaanmu...
Ya Robb....Nikmat mana lagi yang mampu hamba dustakan?