Sabtu, 03 Juni 2017

Membangun Peradaban dari Seorang Wanita

Akhirnya…masuk ke pekan 3 dalam matrikulasi Institut Ibu Profesional ini. Tugas yang semakin kompleks karena mesti menghadirkan sang pujaan hati di sana, hehehe. Ada beberapa poin penting yang diminta untuk diselesaikan. Salah satunya adalah menuis surat cinta untuk suami. Sulit? Ya awalnya, namun setelah dituliskan semuanya mengalir begitu saja.
I know…because I Love Him, hahaaa..
Surat cintaku, bukan yang pertama tentunya,  tak masalah jika pun ada yang membacanya, berikut petikan suara hati teruntuk yang dicinta.

Sudah berapa purnama yang kita lalui, cinta?
Dari kau dan aku menjadi kita, hingga terlahir buah hati pertama, dan dua sudah melengkapi akhirnya, apakah perjalanan hidup dan cinta kita sebenar2 menuju RidhoNya?
Jikalau purnama menjadi saksi, apa yang akan dilakukannya?
****************************************
Terimakasih telah mau menjadikanku bagian terpenting dalam hidupmu. Orangtua kau tak bisa memilih, adik kakak kau hanya mampu menerima. Namun, saat kau harus dan bisa memilih, entahlah apa yang kau pikirkan saat itu?
Kau mempersunting wanita biasa, di mana di luar sana jutaan wanita lain lebih mempesona agamanya, akhlaknya, kecantikannya, kedudukannya pun kecakapannya.
Semoga Takdir Allah menjadikanku sebagai tulang rusukmu, menjadikanmu bahagia untuk selalu beribadah, berkarya dan berakhir indah hingga ke jannah, :-)

Suamiku, empat tahun perjalanan ini baru kita lalui. Ketika mengingat akad ijab qabul 3 maret kala itu, aku selalu terbayang wajah bapakku. Dia yang menyerahkan segalanya untùkmu. Mungkin terlintas hanya sekedar nafkah lahir batin, tapi lebih dari itu, aku selalu memikirkan satu hal terpenting. Yaitu tentang dosa-dosaku.

Cinta, pekan lalu aku menangis, sebenar2 menangis saat mendengarkan tausyiah dari ustadzah hani nurul husna. 
Banyak yang beliau sampaikan. Ada beberapa poin penting yang ingin aku ceritakan padamu...

"Bu, taukah suamimu itu sejak ijab qabul disahkan, dia mulai menanggung dosamu. Sudikah kiranya engkau membawa suamimu ke neraka dengan sebab tingkah kita -para istri- ini?"

"Siapa kita -para istri- ini, wanita yang bukan siapa2, datang dalam kehidupannya, minta dinafkahi, dicukupi kebutuhannya, minta dimengerti perasaanya, pun ternyata masih ditanggung pula dosa2nya?"

Astaghfirullah.....
Sayaaaang...maafkan aku, istrimu yang lalai ini. Aku mengingat jutaan dosa yang kubuat. Dan kau bisa jadi meneguk bagiannya? Istri macam apa aku???!!!
Suamiku..Bimbing aku...nasehati aku, untuk selalu berada di jalan lurusNya...
Aku ingin menjadi salah satu sebab engau ke surgaNya bersama keluarga kita, anak2 kita, orangtua kita, saudara2 kita, sahabat2 kita dan orang2 mukmin lainnya.

Cinta, ada sebuah kisah dimana beliau menceritakan kepada kami. Bahwa ada seorang istri yang begitu taatnya kepada Allah dan suaminya. Bahkan ketika suaminya sakit bertahun2, dia tetap merawatnya dengan penuh kesungguhan, mencukupi segala kebutuhannya, anak2nya pun tetap terperhatikan. Hingga pada suatu hari, setelah dia mengurus suaminya, menyiapkan makan,mandi hingga sudah rapi benar, sang istri berkata
"Duhai suamiku, maafkan aku jika selama ini aku belum mampu mengurusmu dengan baik. Ridhoilah aku menjadi istrimu"
Dan sang suami pun menjawab sambil mengusap ubun2 istrinya, 
"Engkau istri yang sholihah,aku ridho padamu".
Kemudian sang istri izin keluar ruangan, tak berapa lama dia jatuh dan ternyata telah tak bernyawa. Masya allah, begitu mudah Allah menjemputnya..
Suaminya langsung menangis. Di hadapan para pelayat dia berkata
"Demi Allah,aku bersaksi bahwa wanita ini adalah wanita yang sholihah, aku Ridho kepadanya ya Allah. Izinkan aku menjadi orang yang pertama kali menyolatkannya. Para pelayat menangis.

Kami seisi pun masjid menangis, terlebih setelah dibacakan hadits Rasulullah tentang istri yang sholihah yang taat pada Allah dan RasulNya, dan suaminya Ridho padanya, maka ia dijamin masuk surga, bebas memilih dari pintu manapun jua. 
Suamiku...aku masih dalam tahap istri yang apakah?????

Bagaimana pula dengan kisah Ummul Mukminin, Khodijah. Bahkan saking sholihahnya beliau, Allah sampai menitipkan salamNya kepada khodijah melalui Rasulullah dalam perantara Jibril. Kami cemburu pada wanita2 sholihah itu. Sedang aku...siapa yang akan cemburu padaku, cinta.. :-(

**************************************

Suamiku...namun melihat dirimu yang utuh, aku yakin, aku mampu menjadi bagian dari wanita2 sholihah itu. Aku akan belajar terus, menjadi hambaNya yang bertaqwa.

Melihat kedewasanmu, aku yakin engkau mampu membimbingku ke arah yang lebih baik.
Dalam kesederhanaanmu, aku yakin mampu bersikap lebih tawadhu' dan selalu tawakkal kepada Allah.
Dalam pikiranmu yang sungguh visioner, aku seharusnya bisa meraih segala mimpi2 kita, untuk kita juga anak2 kita.

Suamiku sayang, karena pribadimu yang sungguh baik dan sangat menawan inilah, aku bahagia menjalani hidup bersamamu. Dan aku selalu berharap, bermimpi, akan menggapai banyak hal denganmu. Membesarkan anak2 kita dengan cara kita, bahagia dalam pandangan kita, dengan selalu mengharap Ridho Allah semata.

**********************************************

Cinta...maaf untuk segala sikap dan tingkah lakuku selama ini. 
Mungkin ucapanku yang tak lembut, perangaiku yang tak membuatmu senang, caraku melayanimu tak membuatmu bahagia, caraku mendidik anak2 belum sesuai dengan apa yang kau pinta,,
Maaf...mohon buka pintu maaf selebar-lebarnya.

Melihat wajahmu kini, aku hanya berdoa. Semoga lelahmu dalam mencari nafkah kan menjadi hitungan pahala di sisi Allah. 
Semoga perjalananmu dalam mengais rezeki, terhitung dalam amalan ibadah di hadapan Ilahi
Semoga dalam tiap hembusan nafasmu, selalu teriring dzikir
Dalam tiap langkahmu, sholawat selalu hadir
Dan Allah selalu menjagamu dalam kebaikan, keberkahan rezeki, kemurahan hidup, anak2 sholih dan sholihah, istri sholihah, kelapangan hati, kekuatan terus tu' berdakwah dan berjihad, dan kemudahan dalam sakarotul maut, khusnul khotimah hingga berakhir di jannah.

Cinta...tak banyak yang kuharap kini, cukup kita mampu beribadah dengan khusu' kepada Allah, mampu menjalani hidup bersamamu dalam nafas Islam dengan anak2 kita. Semoga Allah selalu mudahkan kita dengan caraNya dalam menggapai keridhoan Nya.

I love you, cinta, Adi Widhiartha. 

itu beberapa hal yang kusampaikan padanya, saya tidak berharap dia akan merespon dengan hal yang aneh2. hehee. Tapi penasaran juga apa yang akan dilakukannya?
Yaaah…seperti yang saya duga, dia biasa saja, stay cool, berasa tidak ada apa-apa.
Akhirnya, ba’da shubuh saya memberanikan bicara. Mana responnya? Hahhaa….dia tertawa. Dia meminta saya mendekat kepadanya, kemudian saya dipeluknya, diciumnya sembari berkata, “akan kutunjukkan dengan perbuatan ya sayang…”
Jiaaaahhh…gak puas sebenarnya saya. Tapi baiklah, ini dia, begini caranya merespon, dan saya paham dia akan bertanggng jawab dengan caranya.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Poin lainnya yang harus saya lakukan adalah melihat potensi anak-anak saya.

Melihat kalian, anak-anakku, timbul rasa bahagia, pun sedih dibuatnya. Bahagia..karena Allah begitu Maha Baik memberikan kalian berdua di tengah-tengah perjalanan hidup bunda. Dari tawa kalian, canda kalian, senyum kalian, semuanya membuat bunda bahagia. Namun, Rasa sedih pula yang bergelayut di hati ini. Karena bundamu ini belum mampu untuk mendidik dengan cara Rasulullah, belum mampu menjadi bunda yang baik untuk kalian. Maafkan bunda nak…

Kakak khubaib Al Arsyad, yang kini engkau bahagia sekali dengan sebutan Khubaib bin Adi seperti nama sahabat Rasulullah. Sungguh engkau mempunyai potensi yang sangat besar. Di usiamu yang ketiga ini, engkau sudah mampu melakukan banyak hal. Progressmu sungguh menakjubkan dari waktu ke waktu. 
Ya, saat ini khubaib semakin kuat daya visualnya. Dengan melihat satu hal beberapa kali saja, dia mampu mengingatnya, menganalisanya, mengulang-mengulang objeknya dalam bentuk imajinasi.
Pun dengan kemampuan audiomu nak, kakak khubaib mampu merekam irama dan nada dengan sangat baik. Hafalan huruf hijaiyah dan alphabet sudah kau kuasai. Dengan audio visual, kau mampu menggabungkan keduanya menjadi kemampuanmu yang Insya allah semakin kuat. Meski pelafalan masih banyak yang cedal, namun bunda tau nak, kau terus berusaha untuk mempelajarinya.
Hal lain yang ada hebat dalam dirimu, kau sungguh pribadi yang mudah diajarkan kebaikan, juga meniru apa yang kai lakukan. Ada kekawatiran sebenarnya ketika bunda banyak melakukan kesalahan, pun akan kau lakukan. Namun..teruslah menjadi pribadi yang baik nak, cerminkan akhlak yang baik seperti Rasulullah.
Khubaib, kau pun adalah seorang yang sangat memegang prinsip. Sulit untuk merubah keinginanmu jika kau berhendak. Acapkali orang lain bilang engkau gampang ngambek dan sulit dikasih tau, tapi bagi bunda kau adalah orang yang memegang prinsip yang kuat. Semoga dalam tauhid, itu tetap menjadi pegangan utamamu nak. Juga dalam kehidupan di masa dewasamu kelak. Seorang laki-laki sepertimu, butuh prinsip yang kuat sebagai pedoman hidup.


Khansa, si lucu bunda. Meski baru 11 bulan, kemampuanmu sudah sangat istimewa. Kau sudah mampu berjalan, mampu berceloteh dengan penuh arti. kau selalu membuat bahagia orang-orang yang ada di sekelilingmu. Kau selalu bahagia bersama kakak, menyimak bila kakakmu bernyanyi, ikut tertawa bersama, bersenandung dan sangat antusias dengan banyak hal. Dan kau sangat cantik nak..kisskiss. dan bunda yakin, kau mampu melejit dengan kemampuanmu kelak. Jadilah wanita sholihah, seperti fatimah az zahra.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Saya punya potensi untuk selalu menjadi orang baik, selalu belajar, rapi dalam banyak hal, mandiri, tidak bergantung pada orang lain, berkemauan keras, bertanggung jawab dan harus menuntaskan satu hal baru pindah ke hal lain. Ini kadang sulit dipahami dan dimaklumi orang lain, tapi semoga suami dan anak2 saya mampu memahaminya.

Pada awalnya, dengan potensi saya ini saya agak sulit menemukan ritme bersama suami. Namun pada akhirnya, saya menyadari banyak hal dari potensi saya yang justru mampu melejitkan suami dan anak2 saya. 
Saya dihadirkan di sini,di tengah-tengah keluarga kecil ini untuk menjadi penyeimbang mereka.
Saya yang mandiri, harus tidak tergantung dengan suami saya yang apabila tidak diminta dia tidak akan mengerti apa yang saya butuhkan, apa yang ingin saya lakukan. It's clear actually.

Saya yang berkemauan keras sebenarnya mampu memberikan kekuatan kepada suami saya yang kadangkala tak semangat, tidak fokus pada tujuan dan pekerjaannya. Saya harus menjadi agennya, mencari celah bagaimana mampu membangkitkan gairahnya.

Saya yang bekerja one by one sangat bertolak belakang dengan suami yang asal dan berantakan. Sebenarnya kami saling melengkapi, karena saya yang merasa super perfectcionis, terkadang butuh sedikit rileks agar mampu sedikit bernapas tenang. Dan dia -suamiku- melakukannya.

Mungkin, potensi yang Allah berikan kepada saya inilah yang membuat saya dan suami saya mampu bersinergi dalam membesarkan anak-anak, mengembangkan bakat kami dan menjadi keluarga yang bermanfaat bagi lingkungan.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Meski sering berpindah2, alhamdulillah Allah selalu memberikan tempat di mana lingkungannya baik, orang-orangnya sangat baik dan mampu membawa saya ke arah yang lebih baik.

Saat ini, di tempat tinggal saya yang sudah 2 tahun lebih saya sewa, saya baru merasakan hikmah di balik semuanya. 

Tantangan awal saya di sini adalah saya merasa inferior. Apalah saya, hanya seorang kontraktor. Saya berpikiran akan sulit beradaptasi di lingkungan orang-orang yang working mom , mereka yang biasa menghabiskan keseharian di luar rumah, mereka yang sudah lebih senior, dan mereka yang merupakan penghuni asli dan tetap di komplek saya. Saya adalah orang yang merasa ingin  dianggap ada. Apa yang harus saya lakukan?

Pada awalnya, saya giatkan interaksi dan komunikasi. Hal ini berjalan, meski saya agak sulit mengajak suami saya. Saya tipe orang yang harus berkomunikasi dengan orang lain, sudah menjadi bagian dari hidup saya bahwa saya ingin bersama melakukan banyak hal dengan orang.
Selanjutnya saya ikut arisan di komplek. Meski para kontraktor lain tidak berminat ikut arisan, namun saya paksakan. Meski awalnya malu, tidak pede dengan tetangga, saya paksakan. Saya harus mengenal mereka dan mereka harus mengenal saya. Mereka harus tau ada Bu Nafta bundanya Khubaib di komplek ini. Alhamdulillah, cara ini berhasil. Di lain waktu, saya mulai berani berkontribusi dalam acara komplek, seperti kegiatan 17 agustusan, juga acara-acara keagamaan.

Hal lain yang saya lakukan adalah saya membuka TPA. Saya buka dari jam 4 hingga jam setengah 6 sore. Sekitar 12 anak dengan anak saya satu ikut meramaikan kegiatan sore. Meski hanya membaca Iqro, bernyanyi, menghafal beberapa surat, melafalkan do’a-do’a, ini sangat berarti buat saya pribadi. Dan masya Allah, kareNa satu hal ini, banyak sekali interaksi efektif dengan orangtua anak-anak yang mengaji. Hubungan jadi lebih baik, banyak kebaikan yang saya dapat. Awalnya apakah mudah? Tidak! Saya harus membagi waktu deNgan 2 anak, menyiapkan tempat, waktu dan tenaga, namun Allah mudahkan dengan caraNya.  

Di lain pihak, hikmah yang saya peroleh adalah saya tebantu dengan perkembangan anak saya. Yang awalnya sulit berbicara, jadi mulai berinteraksi dan berkomuniksi. Yang susahnya mengajarkan alif ba ta, hafalan surat dan doa2, dengan mengajar ngaji, dia mulai berlatih dan mengikuti teman-temannya. Pun bayi kecil saya, justru perkembangannya cukup cepat karena banyaknya interaksi dengan orang lain tapi tetap di rumahnya sendiri.

Saya kini paham, Allah memilihan saya tempat tinggal di sini, agar saya banyak belajar dulu. Saya harus bersyukur dengan keadaan saat ini. Tetangga-tetangga yang sangat baik, yang selalu membantu saya dalam kesulitan, berbagi dalam kebahagiaan. Belajar menjadi seorang yang peduli dengan keadaan lingkungan, tidak hanya mementingkan kepentingan pribadi dan keluarga. Saya juga dilatih untuk menjaga akhlak saya karena bagaimanapun juga saya adalah guru ngaji. Terimakasih ya Allah.atas segala karunia ini.

Institut Ibu Profesional, terimakasih telah membuka diri saya untuk berpikiran jauh dan luas sehingga saya mampu belajar untuk selalu mengambil hikmah dari apa yang saya peroleh.