Kamis, 31 Mei 2012

Terjatuh.........

Aku terjatuh lagi...
Lagi dan lagi
Dan entah, bodohnya aku.....
Kembali di tempat yang sama
Sudahlah.........aku akan jauh berlari
Agar aku tak slalu berprasangka
Dan menjalani semuanya lebih baik
Aku ingin semuanya berjalan secara wajar
Masalah tidak dicari pun akan hadir
Untuk apa aku sembunyi di balik kata yang sesungguhnya pun tanpa makna??????

Ohh...biarlah...
yang lalu menjadi tabirku di masa lalu
yang bisa dikenang dan diambil hikmahnya
Aku tak ingin (lagi) terjatuh.......
Aku hanyalah wanita
Yang tak mampu berlama-lama bermain dengan hati dan prasangka....

Gubuk Mentari
~sesejuk salju dalam genggaman cahaya~

Rabu, 30 Mei 2012

Gak Jelas

Ini sudah larut malam, seharusnya aku sudah terlelap...
Namun tak bisa. Aku flu dan bersin-nersin. Sulitnya memejamkan mata....
Hwaaa.....menyiksaku.....

Hati dan Cinta

Cinta terlahir dari hati,untuk hati dan karena hati.

Hari ini aku mengingat tentang Cinta, dimana ia yang membahagiakan aku, di mana hari-hari yang kulewati penuh dengan senyuman. Seindah pelangi di langit yang menaungi jejak langkahku. 
Cinta..aku hidup untuknya, untuknya aku merasa lebih berarti
Cinta...aku hidup karenanya, menjadikannya bahagia dan membuatnya tersenyum bangga
Karena cintaku tak bertepi
Ia terlahir dari hati, hati tulus suci murni
Ia juga terlahir untuk hati, hati yang mampu menerima dengan sepenuh jiwanya
Ia juga yang menyebabkan cinta ada, karena cinta ada melalui hati.

Ruang Cinta
~Sesejuk Salju~

~Salju~

Salju
di Pagi ini
Menyentuh jari jemariku
Memainkan hati dan imajinasi
Aku terbuai
Dalam alunan mimpi sang mentari
Tergerak tu' mengejar
Namun semu...
Hilang...ia menghilang...

Bukan..
Ia masih dalam buaianSang Raja Fajar
Tak terjamah
Biarkan sukmaku bermain
Menanti sang pelangi hadir
Bersama cinta penyejuk Jiwa

Gubuk Cahaya
~meniti harap sang Fajar~

Believe in Me

Tak ada kata lagi, semua terlahir menjadi semu dan tanpa makna...

Ini kata-kataku pagi ini, di hari rabu 30 Mei 2012. Untuk siapa ini? Untuk hatiku yang sedang memikirkan sesuatu hal. Apapun yang terjadi, aku harus menghadapi,bukan berlari Tetapi kenyataan di depanku terasa teramat pahit...bagaimana agar membuatnya terasa semanis madu??

Kau tahu, Farial Naftalin, bahwa kita tidak akan pernah bisa mengkondisikan seseorang. Seandaiknya pun bisa maka itu pastilah tidak semudah yang kita bayangkan. Maka langkah terbaik adalah...kondisikan diri kita sendiri. InsyaAllah....Allah akan memudahkan kita. Apapun yang orang lain lakukan dan katakan, pandang saja sebagai sebuah kebaikan. Bisa jadi yang kita lihat tak seperti yang kita bayangkan. Be positive Thinking and be nice person. Can you??? Surely....:)

Nobody knows about you, just you can change what will you do and what will you get...
Only you know about you and what are you thinking.
Only youcan make your dream come true...
Only Allah can help you
So...ikhtiar, pray, and tawakkal...
Believe in you...
:)


Bintaro, 
ruang penuh cinta cahaya

OST. Full House

Ini pagi, masih terlampau pagi bahkan...
Terlalu dini untuk mengeluarkan uneg-uneg. Namun aku hanya ingin menulis, just it...

Taukah lagu OST. Full House...yang mana ya? Ntahlah...aku pun tidak tau judulnya apa? yang kini masih menjadi backsound blog ini. Aku sadar dan tak sadar telah mencintai lagu itu hampir 7 tahun. Wahh....dahsyat. Padahal sejujurnya, aku tidak tau apa arti lagu itu, tapi selalu saja terkenang dengan sendirinya. Jika dirunut kembali, sebenarnya ada tak baiknya mendengarkan dan memfavoritkan lagu tersebut karena bisa jadi hati dan pikiran kita akan terbawa entah kemana. Jiwa kita akan melayang sejenak dan berkhayal dengan memposisikan diri kita menjadi salahsatu aktor/aktris di sana. Meliuk-liuk merangkai cerita tersendiri..
Hmm.....melo dan galau. Cerita yang tiada berujung karena hanya imajinasi yang bermain.

Tapi, apapun itu. I Like this song as i like you ( who????)
hoo...
saya mulai gak jelas...
akhiri saja

Sabtu, 26 Mei 2012

Pak Slamet

Memoryku menerawang jauh, ketika aku masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Hmm....semoga ingatanku masih tajam, setajam ilmu yang diberikan oleh orang yang akan kuceritakan di tulisan ini.
Pak Slamet, aku lupa nama lengkapnya. Namun seingatku namanya memang hanya Slamet. Dia adalah seorang guru di sekolahku. Tinggi besar, berkumis, hmm....laki-laki sekali. Menurutku ia orang yang cerdas, terlihat kecerdasannya ketika mengajar. Apa kelebihan bapak satu ini?

Mungkin aku terlalu subjektif menceritakannya, karena aku termasuk salah satu murid yang dekat dengannya. Tapi InsyaAllah...aku akan berusaha untuk objektif.
Pak Slamet, guru matematika  dan IPA di kelas. Aku perhatikan beliau tak pernah berganti kelas sejak aku duduk di kelas satu. Sejujurnya, aku adalah orang pemerhati. Aku gampang mengenali orang dan selalu berusaha untuk mengenali siapapun. Menurutku begitu. Kembali kepada Pak Slamet, beliau adalah orang yang sederhana. Tidak pernah menonjolkan kelebihannya kecuali memang bila kita mampu menyelaminya. Beliau tak sekedar mengajarkan kami tentang mengapa 1+1=2, bukan sekedar mengenalkan kepada kami bahwa bumi itu bulat. Lebih dari itu, beliau selalu menyisipkan beribu kata bijak dan berjuta petuah tentang kehidupan ini. Aku ingat sekali ketika itu temanku pernah ditegurnya, "untuk apa kita mempunyai pen bagus namun apa yang kita tulis tak seindah pen nya". Ketika itu ada temanku membawa pen yang bagus, kelap-kelip ada lampunya dan baunya wangi. Sungguh langka saat itu. Aku pun yakin pasti mahal. Dan aku rasa dalam pandangan Pak Slamet, nilai pen itu tak sebanding dengan prestasi yang ditorehkan oleh si pemiliknya. Mungkin dalam teguran itu, tapi itulah hakikatnya mengajar dan mendidik. Etika dan akhlak tak bisa terpisahkan dengan kecerdasan intelektual seseorang.

Dulu aku merasa Pak Slamet menjadi salah satu motivasiku berangkat ke sekolah. Entah mengapa, melihatnya saja sudah adem rasanya. Obrolan beliau selalu penuh makna. Beliau jugalah orang yang turut mengantarku hingga masuk ke sekolah yang aku impikan. Dan mungkin...beliau jualah yang menjadi perantara hingga aku sampai di sini.
Namun, sayang beribu sayang...beliau penganut agama Hindu. Aku pernah menangis karenanya. Menangis karena tak mungkin aku bersua dengannya di surga kelak kecuali Allah memberikan hidayah pada beliau. Ya Allah...ya Robb, Maha segala kesempurnaan...berilah hidayah pada beliau. Begitu banyak kebajikan yang beliau tanam. Tak pantaslah bila ia menuai hal yang tak serupa.

Pak Slamet, kabar terakhir yang kudapat, beliau kini selalu mengendarai sepeda ke sekolah. Beliau juga terlihat kurus dan tua. Entah apa sebabnya.Semoga itu langkahnya untuk hidup sehat dan tetap pada kesederhanannya. Lebih dari itu, aku hanya ingin beliau masuk Islam, menjadi Muslim. Kabulkan ya Allah...
~semoga~

Bumi mentari
Sabtu, 26 Mei 2012

Cahaya dalam harap dan cemas

Pak Li

Pak Li, ya begitulah panggilannya. Menurut teman-temanku, nama lengkapnya Liyanto. Aku tidak tahu pastinya, yang pasti kami semua mengenalnya dengan "Pak Li", Just Pak Li. Rasanya tidak ada yang tidak mengenalnya di Gedung G FKIP Kampus Universitas Lampung dimana aku menempuh gelar sarjanaku. Seandainya ada yang tidak tahu, aku akan mengatakan bahwa ia adalah salah satu orang yang tidak care di seluruh jagad raya ini.

Pak Li, beliau merupakan sosok yang sangat sederhana. Dilihat dari perawakannya, beliau cukup gendut untuk ukuran laki-laki, tinggi sekitar 170 cm. Beliau terlihat agak bungkuk karena aku rasa beliau begitu zuhud dan rendah hati,beliau selalu memberi hormat, salam dan sapa kepada hampir siapapun yang pernah dikenalnya (atau bahkan siapapun yang dilihatnya). Beliau adalah cahaya di Gedung kami. Tanpanya mungkin aktivitas kami akan banyak terkendala. Beliau yang menurut label kebanyakan orang memberikan sebagai seorang "pesuruh", bagiku lebih dari sekedar pendidik terhebat di Gedung G. Beliaulah yang memberikan kami pengajaran tentang arti hidup sebenarnya dengan caranya yang sangat biasa, tanpa rekayasa, dan amat sederhana.

Setiap pagi ketika aku datang, jam berapapun aku datang, beliau sudah berada di kampusku. Dan sore, jam berapapun aku pulang, beliau juga masih berada di Gedung itu. Lalu, beliau datang dan pulang jam berapa? Menginapkah? Jelas tidak. Tapi begitulah beliau, dengan rasa tanggungjawabnya yang besar, beliau terbiasa disiplin. Beliau tak pernah mengeluh meskipun pekerjaannya tiada henti. Jarang sekali aku melihatnya duduk diam. Jalannya yang cekatan dan penuh semangat mencerminkan beliau adalah pekerja keras. Wajahnya yang selalu tersenyum dan tak pernah galau mencerminkan keihlasannya dalam bekerja. Pembawaanya yang kalem dan tak pernah mengeluh menunjukkan ia adalah orang yang sangat bersahaja. Tak ada dosen yang tak menyuruhnya. Tak ada mahasiswa yang tak pernah meminta bantuannya. Semua selalu memanggil dan menelpon Pak Li bila akan kuliah, seminar/sidang, perlu peralatan untuk kegiatan dan agenda kampus, bahkan bila perlu juga untuk melobi dosen. Pak Li, tapi tak pernah mengeluh. Bahkan senyum yang slalu terkembang di bibirnya. Sungguh berkah hidumu, Pak Li...

Bahkan ketika aku akan memulai komprehensip, beliau pun sempat mendo'akan agar mendapatkan hasil yang terbaik. InsyaAllah...keberhasilanku salahsatunya adalah dari do'a beliau. Dan bisa jadi untuk semua mahasiswa di FKIP Gedung G.

Pak Li, tetap akan terkenang sepanjang masa. Alhamdulillah...seingatku aku sempat menuliskan namanya di dalam lembar ucapan terimakasihku di Skripsiku. Sosok tak tergantikan dalam kesederhanaan, disiplin, tanggung jawab, zuhud, ramah, bersahaja, pekerja keras dan masih banyak lagi kata untuk beliau. Semoga Allah selalu menjagamu dalam kebaikan, Pak Li. Menjagamu di dunia dari fitnah dan tipu daya kemaksiatan. Menjagamu hingga ajal menjelang, menjagamu di alam kubur hingga pertemuanmu dengan Allah, 'azza wa jalla. Terimakasih kuucapkan atas kebaikan dan keikhlasanmu.

Hikmah manusia

Hmmm....manusia, istilah yang biasa digunakan. Tempat di mana salah dan khilaf. Benarkah? Ada kalanya ia futur dan ada kalanya ia sedang memuji Tuhannya dengan sangat khusu'.
Tapi itulah manusia, banyak hal unik dan istimewa dari tiap pribadi. Tak ada pribadi yang sama, so....tak perlu membandingkan karena Allah menciptakan perbedaan agar dunia ini terlihat semakin berwarna... :)
Seindah warna-warni pelangi yang terbentang di Langit sana....

Kini....aku akan mulai menulis tentang seseorang, tentang hikmah dari pribadi yang mampu menjadi tauladan. Setiap orang punya? Tentu...setiap seseorang pasti mempunyai hikmah.

Kamis, 24 Mei 2012

Harap Mentari

Sudah lama ini terjadi
Dalam jejak panjang perjalananku
Aku ingin menghempaskan diri
Namun selalu tak bisa
Ingin melepas, namun tak sanggup

Ada kalanya aku terbawa jauh
Dan ia kembali merangkai memory yang mendalam
Tak taukah?
Inilah berat terasa
Tak seperti yang terduga
Mudah saja membuang masa yang telah tertapak bersama
Jauh melampaui yang seharusnya ada

Namun...perjalanan belum berakhir
Kapankah kembali merangkai taman itu?
Dengan bunga warna-warni penuh cahaya
Langkah ini sedang menuju dengan tertatih
Dalam harap dan kecemasannya....

Mentari Pagi
24 Mei 2012

Rabu, 02 Mei 2012

Menjaring Matahari


Kabut
Sengajakah Engkau
Mewakili Pikiranku
Pekat
Hitam Berarak
Menyelimuti Matahari
Aku Dan semua yang ada di seklilingku
Merangkak menggapai dalam kelam
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Mendung Benarkah Pertanda Akan segera turun hujan
Deras Agar Semua Basah Yang ada di muka bumi
Siramilah juga jiwa kami semua
Yang tengah dirundung kegalauan

Roda Jaman Menggilas Kita
Terseret Tertatih-tatih
Sungguh Hidup terus diburu berpacu dengan waktu

Tak ada yang dapat menolong selain yang di sana
Tak ada tempat yang membantu selain yang di sana
Dialah Tuhan
Dialah Tuhan

Berita Kepada Kawan

Perjalanan ini
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan


Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan


Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan


Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih ...


Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini


Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari


Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit


Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana


Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang

Untuk Kita Renungkan

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat..
Singkirkan debu yang masih melekat..


Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya..
Adalah Dia di atas segalanya..


Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah


Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista... oh
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari, hanya tunduk sujud padaNya


hooo...hooo
hooo


Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum... ho..
du..du...du..du..du..
du..du..du..du..oh...
ho...ho...ho...
du..du..du..du..
Berubahlah agar Dia tersenyum