Jumat, 17 Februari 2012

Tak Ada Gading yang Tak Retak

Peribahasa lama yang sering meluncur dari tiap manusia ini pada dasarnya bukan sekedar kalimat pembelaan ketika kita merasa bersalah. Lebih dari itu, peribahasa tersebut mengingatkan kita akan arti kekurangan yang harus terus diperbaiki. Peribahasa tersebut seyogyanya menyentil kita akan perbuatan-perbuatan salah kita yang seharusnya tidak dilakukan kembali, bukan setelah melakukan baru menyadari dan berulang untuk kesekian kalinya. Tidak ada manusia yang sempurna dalam segi akhlak bila dibandingkan Rasulullah, untuk itulah kita diinta untuk memperbaiki dengan Rasulullah sebagai panduannya, insan real ciptaan Allah bukan kartun dengan penokohan buatan manusia. Bukan sebaliknya, karena merasa adanya ketidaksempurnaan ini, kita membiarkannya karena menganggap sebagai sunnatullah.

Akhlak manusia ketika berinteraksi adalah segala-galanya. Tidak perlu memandang rupa, suku, agama, ataupun perbedaan lainnya, jelas orang dengan akhlak yang baik akan menjadi teman bicara yang lebih menyenangkan. Karenanya, bila akhlak kita sudah terindikasi dalam kategori “menengah kebawah”, cobalah untuk terus belajar memperbaiki agar akan menjadi kaya akan akhlak yang baik. Tak ada gading yang tak retak, namun ada juga gading yang terlihat indah dan memukau hingga mempunyai nilai komersil yang tinggi. Sama halnya dengan peribahasa tersebut, meskipun belum mampu menjadi sempurna berikanlah yang terbaik bagi hidupmu. Karena kebaikan pada hidupmu akan bermula dari apa yang kau lakukan. Kita akan memetik buah dari benih apa yang telah kita semai. Allah pun tidak melihat hambaNya dari tingkat kekayaan, jabatan ataupun keturunannya. Allah hanya melihat hambaNya dari tingkat ketaqwaannya.

Semoga, kita mampu menjadi pribadi yang tidak selalu melihat kekurangan orang lain, selalu memperbaiki diri dan menyebar nilai-nilai sosial di seluruh titik dimana bumi dipijak.