Sabtu, 27 Januari 2018

Aliran Rasa Game Level 3

Alhamdulillah...sampai juga ke game level 3.
Game yang pernuh perjuangan, karena begitu banyak godaan hati untuk istiqomah.
Harus bolak balik lampung parung panjang karena nenek meninggal, menghadapi kakak yang masih suka tantrum pasca pindah rumah dan menstabilkan emosi diri karena banyak kejadian yang begitu menyakitkan.

Namun, melewati game level 3 adalah sebuah kerugian. Dengan tantangan dan manfaat yang begitu banyak untuk saya dan anak-anak, rasa-rasanya tak boleh mundur begitu saja.

Ya...saya sudah membuat list project untuk anak-anak di awal. Saya sangat semangat melakukannya.
Melatih kecerdasan anak-anak seperti menyemai benih yang kelak akan memanennya di hari tua mereka.
Sebagai hamba, sudah seharusnya saya menjaga amanah yang diberikan Allah berupa 2 anak yang saat ini hadir. Tentu saja, saya harus menjaga mereka baik lahir maupun batin, baik fisik maupun rohaninya, akal juga hati.

Secara lengkap di game level 3 ini sudah diberikan clue yang tepat untuk melaksanakan semua apa yang harus saya lakukan.
Yaitu melatih kecerdasan mereka baik secara intelektual, bahasa, sipiritual juga emosi.
Karena dengan melatih beberapa kecerdasan itu, saya juga melatih mereka untuk survive di dunia ini dengan atau tanpa hadirnya saya.
Ketika mereka harus mwnjalani hidup sebagai khalifah fil ardh, mereka sudah mempunyai bekal yang cukup untuk menjalani itu semua.

Meskiii...sedihnya saya baru menstimulus beberapa hal kecil. Jauuuh dari harapan yang tertulis dari benak saya.
10 hari merupakam pemanasan terutama buat pribadi saya dalam mengelola anak-anak.
Selanjutnya..harus ada perbaikan, peningkatan dan aplikasi yang nyata untuk mewujudkan kecerdasan yang memang kami inginkan.

Love u iip..
Sudah memberikan sebuah stimulus untuk kami dalam memperhatikan perkembangan kecerdasan anak-anak.
Semoga kami bisa menjalaninya di hari-hari yang akan datang dengan semangat yang lebih menyala.

Sabtu, 20 Januari 2018

Mendongeng

Apa yang biasa ibu lakukan sebagai pengantar tidur anak-anak?

Kadang saya suka membacakan buku, memurojaah hafalan surat pendek saya atau sekedar menepuk-nepuk punggung atau bagian tubuh anak.

Tapi malam ini suasana beda..
Dimulai dari sang ayah yang saya dengar sedang bercerita kepada kakak. Di tengah kegelapan kamar, saya dan adek masuk dan ikut bersama 2 laki-laki itu.
Akhirnya mengalirlah...
Saya akhirnya ambil alih peran.
Saya mulai mendongeng fabel. Berbagai kisah binatang yang tentu saja fiktif ya, saya ceritakan ke anak-anak.

Adek yang lagi nenen sampai mwnghentikan nenennya. Dia ikut berekspresi sesuai dengan nada suara saya..hehee
Ya...saya cerita tentang perseteruan gajah dan semut, pertarungan balap lari kancil dan siput, dan beberapa kisah lain.
Kakak pun terlihat antusias, bahkan dia minta cerita lagi dan lagi..sampai request binatang yang mau diceritain..😅

Jujur...saya jarang melakukan ini. Biasanya kisah-kisah nabi, ya itupun sesekali. Tapi entah mengapa kali ini begitu seru dan hidup. Dan sebenanrnya saya langsung teringat bapak saya yang dulu suka bercerita kepada saya..
Ya Allah bapaaaaak...aku kangen banget sama bapak..😭

Semoga anak-anak mampu turut berimajinasi dan mengolah cerita saya menjadi hikmah yang baik.

#tantanganharike10
#kamibisa
#gamelevel3
#kelasbunsayiip3

Beraktivitas dengan ayah

Ini adalah project di luar rencana.
Biasanya ayahnya hari sabtu full sampe sore kuliah. Selepas uas, dia libur jadi bisa di rumah..
Saatnya bonding ke anak.
Sampe detik ini, kakak masih aja hobi dengan mainan mobil dan alat-alat transportasi lain.
Nah,sang ayah punya ide..
Buat tempat cucian mobil.
Cerdas!!!
Ada paralon ga kepake, dibor sama ayah dan dibuatlah seperti shower di atas mobil pas lewat.

Bunda pesan, "yah...ajarin anaknya ya. Dikasih tau.."
Agar anaknya paham dan tau, bisa melakukannya nanti dengan alat dan media yang berbeda.
Project ini bisa menstimulus sisi kognitif anak, dimana ia mencari ide untuk berkarya.

#tantanganharike9
#kamibisa
#kelasbundayiip3
#gamelevel3

Kamis, 18 Januari 2018

Main masak-masakan

Setelah anak-anak saat liburan dan pasca liburan beberapa waktu senpat terpapar gadget, saya ingin membalikkan keadaan.
Sedih banget melihat mereka asyik dengan tv atau hp maupun laptop.
Akhirnya saya mengeluarkan semua mainan mereka, termasuk alat mainan masak-masakan.

Ohhh...cowok main masak-masakan?
Why not?
Gapapa...justru dia bisa jadi pribadi yang cerdas dan terampil dan teliti. Karena memasak itu butuh proses. Seperti contoh percakapan kami
"Kak...bunda mau dibuatin bakso ya?"
"Iya bunda. Pakai cabe?"
"Iya.."
"Pakai kecap, bunda?"
"Iya.."
"Pakai mie?"
"Gak..bunda gà pake mie."
"Pake sayur?"
"Iya..boleh"

Agak geli juga ditanya begini sama anak lanang.
Kemudian dia mulai memotong-motong playdough sebagai sayuran atau baksonya.

Di sampingnya, adek gak kalah seru. Dia mulai mencoba memasak dan dia makan sendiri.
"Mam...mamam...mamam..."

Bunda tanya ke adek
"Adek masak apa?"
"Ikan"
"Enak ga?"
"Enak"

Kemudian dia ambil gelas dan bilang minum. Dia ambil panci, mulai oseng-oseng pakai garpu di atasnya.
Seruuu? Iya dong
Berantakan? Pasti..😅

Saya di sini mencoba untuk banyak mengajak anak bercakap-cakap.
Seperti, "kak..masak sayur bayem ya?"
Dan beberapa kosakata lain.
Mengenalkan anak tentang macam-macam jenis makanan yang bisa disantap juga mengenalkan proses memasak. Ada yang dibakar, digoreng, ataupun direbus.

Saya mencoba memancing anak untuk merespon apa yang saya sampaikan.
Seperti kakak yang kemudian bertanya tentang jenis sayur yang lain.
Dan adek berlatih untuk terampil memotong-motong mainan playdoughnya.

Dengan kegiatan ini, yang sangat beraroma permainan, kita bisa memunculkan beberapa aspek kecerdasan anak.
Di mana anak bajar banyak kosakata, baru ataupun lama, mengingt nama-nama sayur, lauk, mengidentifikasi makanan yang bisa dipotong, berpikir tentang bumbu atau bahan makanan yang perlu diracik, seperti membuat bakso dan lain sebagainya.

Di sisi lain, sebagai 2 kakak beradik, pasti akan selalu terjadi konflik kecil seperti berebut mainan. Nah di sini saya mulai berperan bagaimana anak-anak bisa mencoba berdamai dengan cara yang baik.
Pun saya mencoba mengamati dan memahami bahwa tidak selalu adek yang salah atau kakak yang salah.
Adakalanya kedua anak ini salah di waktu tertentu. Menejemen emosi ibu dan anak harus dijaga dan dilatih agar hubungan kakak adik ini tetap baik.

#tantanganharike8
#kamibisa
#gamelevel3
#kelasbunsayiip3

Mengasah Kecerdasan Emosi (lagi)

Saya kembali melihat-lihat tentang proyek-proyek saya selama 10 hari di kelas bunsay ini.
Mengajarkan karakter baik itu menurut saya yang paling sulit. Maka saya banyak menekankan pada hal ini di game level 3 ini.

Saya sadar 4 tahun ke belakang, cara mendidik saya benar-benar jauh dari kesempurnaan. Apalagi teori parenting yang woooowww itu.
Kakak, sebagai anak laki-laki pertama, cenderung agak tempramen, dan belum mampu mengolah emosinya.
Ini peer...peer besar buat saya.
Bukan hanya gaya parenting saya dan suami yang salah, media-media yang kami berikan ketika si kakak kecil pun jauh dari kebaikan untuk tingkat perkembangan psikologinya.

Hmm...swkarang siap mengulang dari awal kan?
Sebagai contoh, perilaku ini.
Kami sedang belajar bersama, saya, adik dan kakak.
Di ujung kegiatan, si kakak dengan asyik menghambur-hamburkan pensil, crayon dan isi seluruh kotak pensil.
Saya biarkan saja..saya minta dia membereskan..tapi ga mau. Yasudah..tetap saya biarkan.
Selang beberapa waktu, sendal dan sepatu yang saya jemur di tangga dihamburkan lagi oleh kakak sampai berantakan.
Sekali lagi saya biarkan, saya hanya minta dia membereskan. Dan dia ga mau..
Lalu?

Lama berselang...ada sekitar 30 menit sudah menjelang sore. Saatnya makan.
Saya sampaikan kepada anak-anak bahwa kami akan makan.
Saya tawarkan ke adik, dia mau.
Saya tawarkan ke kaka, dia juga lapar.
Tapi bersyarat donk ya. Kakak boleh makan kalau dia sudah membereskan pensil dan sendal yang berserakan.
Waaaaah...mulai muncul berbagai alasan dan keluhannya. Tapi saya benar-benar tidak membantunya. Rasanya sih risih banget..ingin segera saya rapikan. Tapi tidak!
Kalau mainannya berantakan, karena dia maen kelelahan kemudian tidur justru akan saya rapikan. Tapi karena ini keaengajaan, maka saya biarkan dia yang merapikan.

Akhirnya maka  siap, adik mulai saya suapi. Si kakak mulai keki, mau makan tapi ga boleh.
Saya sedang berpikir kalau dia ngambek gak mau semuanya bagaimana ya?
Saya kemudian menasehatinya, memberi pengertia  bahwa buang-buang benda sembarangan itu gak baik. Kakak harus tanggung jawab. Ya...poinnya adalah, dia harus tanggung jawab. Bukan sekedar melatih kemandirian, tapi saya ingin lihat respon dia. Saya ingin melihat sisi cerdasnya dalam memutuskan masalah.

Yeaaaaaay...dia mau membereskan semuanya.
Saya senyum. Saya hampiri kakak, mau saya peluk dan cium.
Ah..dasar laki-laki apa ya, dia tidak mau..

#tantanganharike7
#gamelevel3
#kamibisa
#kelasbunsayiip3

Rabu, 17 Januari 2018

Menunggu, belajar bersabar

Di perumahan yang baru ini, saya sedang berusaha beradaptasi sepenuhnya.
Mengenal warga dan lingkungan.
Saya memang kurang suka jalan-jalan pagi atau sore, ngobrol sana sini, nenangga, jadi yang bisa saya lakukan adalah mengamati terlebih dahulu.

Dua pekan lalu saya mendengar setiap tabu pukul 8 pagi hingga 11 ada suara ibu-ibu mengaji di masjid kompleks. Ah...saya pikir ini jadi ajang silaturohim dan mengenal lingkungan.

Sekarang yang jadi pikiran saya adalah anak-anak. Apakah anak-anak mau ya diajak 3 jam ikut pengajian?
Insya Allah mau ya...karena di masjid lumayan bisa buat lari-lari. Karena ini bukan masjid besar, seperti musholla yang agak besar. Tapi orang-orang di sini memyebutnya masjid.

Ketika pertama bilang ke adek, ahhh adek mah iya-iya aja..hehee
Kemudian bagaimana reaksi kakak?
"Kakak ga mau ikut ah, kakak di rumah aja"
Tapii...pas kami berdua mau berangkat, dia ikut juga. Udah telat 30 menit lebih ketika kami sampai di sana.

Bagaimana anak-anak ketika saya ajak ke pengajian?
Hihiii...lucu ya kakak.
Ngomong terus sih,
"Bunda...ayok pulang. Kok lama sekali ya ngajinya"
Berulang-ulang ngomong begitu. Saya diamkan saja..
Namun lama-lama anak ini overacting. Hmm...
Adeknya diajak maen, tapi dengan peraturan kakak yang sangat gak adil lah. Adik menangis...heboooh. padahal yang bawa anak cuma saya di masjid. Mengkin ibu-ibu yang lain anak2nya sudah usia sekolah jadi ga ada yang ikut.

Beberapa kali saya ingatkan kakak untuk bersabar, untuk tidak mengganggu adik di masjid karena banyak orang sedang mengaji, tidak berisik dan membuat keributan.
Mungkin awal-awal seperti ini saya memang harus lebih sabar dan butuh waktu untuk kakak membiasakan diri. Tapi saya yakin, ada saatnya dia akan mengerti tentang perturan dan bersikap yang baik.

Justru ketika sayang kurung dia dalam rumah, tidak bertemu oramg-orang, saya khawatir justru dia akan terkaget-kaget dengan dunia luar.
Semoga ini jadi pembelajaran untuk kakak menjadi pribadi yang cerdas dalam menghadapi lingkungan yang heterogen.

#tantanganharike6
#gamelevel3
#kamibisa
#kelasbunsayiip3

Senin, 15 Januari 2018

Bermain air, belajar juga kan?

Hari ini cuaca mendung sedari pagi, hujan berulang kali hadir mewarnai. Gerimis hingga deras..membuat kaki dan tangan ini enggan bergerak. Terutama di dunia air..hehee

Setelah adik tidur pagi, maka bunda ada agenda dengan kakak untuk bermain dan belajar.
Bunda kemarin membelikan buku kakak. Buku mewarnai, plus ada juga tentang basic menulis seperti memulai menmbuat garis lurus vertikal horizontal, zigzag dan lainnya.
Ada abjad dari A sampai Z dan beberapa contoh benda yang diawali dengan huruf-huruf itu.

Bunda memang mengajak kakak dengan istilah belajar. Sengaja. Bunda ingin kakak tau bahwa ada kata belajar yang penting untuk dikenal, sebagai media dia mengetahui sesuatu. Dan dia suka bilang, "bunda...nanti kakak tolong diajarin".
Iya..ini beberapa kata dengan kata dasar sama.

Baik..lanjut ya.
Untuk menstimulasi motorik halus dan siai kognitifnya, bunda mencoba minta kakak untuk menebalkan garis putus-putus horizontal. Tetapii...hmmm batu satu baris udah ga mau lagi. Mulai lahh andalannya
"Kakak capek lhoo..kakak mau tidur aja.."
Hahaaa
Setelah itu bunda pancing si kakak membaca gambar.
Nah...dia mulai tertarik.
Dia mulai menyebutkan gambar-gambarnya.
Dan dia berinisiatif untuk mewarnai.
Baaik...boleh. bersyarat sebenarnya. Kakak harus mau menebalkan garis lagi...hehee

Setelah mewarnai beberapa gambar...ya tetep ga mau.
Yasudah..ga bisa dipaksa.

Kakak lelah, dia main mobilan. Tapi bunda pun mensyaratkan dia hanya main mobil sebanyak 5 dan membuat jalan raya/rel sendiri di atas kertas dengan menggunakan pensil. Ok...dia lakukan.

Kwgiatan-kegiatan di ataa bagi bunda belum membuat dia fun banget ya..
Dan ternyataaaaa...ada saat yang palinh asyik.

Pas bunda keluar rumah mau beli seauatu di warung depan rumah, kakak mencoba membuka kran air.
"Bunda...kok ini susah?"
"Kakak mau ngapain?"
"Main air"
Hmm...ini saya lagi males bangeeeeeet ngladeninnnya.
Bagaimana gak..baju bakal basah, kotor penuh tanah. Cucian kemaren belum kering..ini mau ditambah lagi. Belum lagi kalau adek ikut-ikutan (dan ternyata iya...)

Tapi tiba-tiba bunda berpikir sebwntar. Kenapa ga?
Bunda malah ingat materi bunsay3, wah ini bisa menjadi media pembelajaran anak-anak melatih kecerdasannya.
"Kak...sepeda kakak kotor ga?"
"Iya...kotor"
"Kalau cuci sepeda aja gimana?"
"Iya bunda...kakak cuci sepeda"
Baik...bunda siapkan selang dan sikat. Kakak begitu bersemangat. Serius dan komsentrasi penuh.

Bunda ajari kakak cara membersihkan ya g baik, bagian yang kotor disikat dengan menggunakan sabun agar bersih.
Dan dia antusias sekali.

Pas adek datang, pastilah rebutan.
Akhirnya adek juga punya job, mencuci sendal.
Adek belajar menggunakan sikat, membersihkan dengan sabun dan air.
Ya...mereka fun sekali.
Sesekali rebutan selang memang..
Ini nih yang harus jadi fokus juga. Bahwa setiap kakak dan adek merasa kalau jatah mereka memegang selang hanya sebentar sedamgkan yang lain lama..
Padahal sama saja..sudah diatur bunda..

Tiba-tiba hujan cukup deras.
"Hujan..hujan...yuk masuk kak...dek"
"Bunda...ujan2an yuk..."
"Boleh..."
Bunda izinikan memang agar kakak menerapi dirinya sendiri yang masih takut air mengenai matanya, masih takut berendam lama-lama di kolam renang. Hingga akhirnya
"Bunda...tangan kakak keriput"
"Yaudah kak...ayok masuk"
Sementara adek bergeming gak mau masum rumah...😅

Di hari ini, anak-anak dilatih untuk life skill, menghadapi tantangan hidup, belajar tidak jijik dengan air dan tanah, siap untuk membersihkan barang-barangnya sendiri.
Semoga ke depannya anak2 akan lebih peka.

#tantanganharike5
#gamelevel3
#kamibisa
#kelasbunsayiip3

Minggu, 14 Januari 2018

Melatih kecerdasan emosi anak-anak

Weekend memang saatnya kami biasanya banyak agenda keluar. Lebih tepatnya agenda bunda banyak dihabiskan di sabtu-ahad.
Kalau sudah begini, mau gak mau gak akan banyak aktivitas di rumah yang dikerjakan.

Sebuah tantangan tersendiri untuk bunda sebenarnya membawa kakak dan adik pergi.
Di sini bunda meniatkan pula untuk melatih anak-anak melatih kecerdasan emosionalnya.

Berangkat dengan adik dan kakak berjalan kaki sekitar 200m, apa tanggapan kakak?
"Bunda...kakak capek lho..."
"Ayo kak...sebentar lagi. Nanti bisa ketinggalan angkot lho"
Kakak menurut.

Naik angkot lebih kurang 30 menit, anak-anak tetap tenang.
Pun hal yang sama terjadi ketika antri beli tiket kereta, naik kereta hingga turun menunggu taksi online yang bunda pesan.

Hanya sekali kakak menjerit karena sendalnya lepas, dia takut tertinggal bunda. Selebihnya...okay!
Padahal kalau di rumah...kakak ini termasuk sulit sabar, suka mengeluh dan gampang merasa lelah.

Ketika bunda komunikasikan bahwa kita pergi tanpa ayah, kakak gak boleh rewel, gak boleh minta gendong, kakak sepakat dengan permintaan bunda.
Dan alhamdulillah...dia menepati janjinya.

Tetapi...kenapa yaa...kalau ada ayahnya, kedua anak ini jadi rewelnya luar biasa......???
Yaaaa...mereka minta gendong bareng, minta ini itu, merengek hingga menangis.

Treartment apa ya agar mereka wajar seperti saat dengan bunda?
Belum terpikir hingga kini.

Tapi anyway, bunda merasa traveong bersama 2 anak ini melatih  bunda dan anak-anak untuk lebih peka terhadap lingkungan.
Karena bunda akan naik transportasi umum yang digunakan masyarakat. Bukan memeprsulit anak-anak, tapi mengenalkan dan membiasakan mereka untuk itu.
Semoga sisi emosional mereka terbuka untuk menjadi lebih peka dan pengertian.

#tantanganharike4
#gamelevel3
#kelasbunsayiip3
#kamibisa

Sabtu, 13 Januari 2018

Bermain petak umpet

Menginjak hari ke 3..

Apa project kali ini?
Hari ini sebenarnya dikebut waktu karena ada agenda pergi yang harus ditempuh waktu 2 jam. Berangkat ber3 naik kereta tanpa ayah anak-anak..
Emak mesti strong!!!!

Sebelum itu..anak-anak harus disiapkan perbekalan makan juga istirahat yang cukup.

Dan alhamdulillah...ada beberapa kegiatan yang masih sempat kami lakukan.

Untuk kakak adek
Bahkan ini kakak yang request sebelum tidur, untuk baca buku dulu. Yeaaaaay...semoga kelak menjadi kebiasaan yang positif untuk anak-anak.

Satu lagi kegiatan bersama adalah bermain petak umpet.
Bunda berlarian di dalam rumah, mulai bersembunyi di balik pintu. Adek dan kakak mencari...dan baaaaaaa!!!ketemu..

Lagi, bunda melakukan berulang kali. Adek terlihat antusias dan bahagia sekali bisa menemukan bunda dan mengucapkan "baaa....."
Awalnya cuma adek dan bunda yang maen, lalu kakak ikutan akhirnya.

Setelah itu, timbul inisiatif dari adek, dia mulai bersembunyi juga, minta dicari. Ehh karena kelamaan adek udah ucap baaaaa duluan..hihiiii lucu deh.

Apa yang menarik dari permainan ini?
Banyaaak..
Menambah keakraban bunda, adek dan kakak.
Melatih motorik kasar adek, yaitu berlari.
Melatih adek untuk segera menemukan di mana bunda bersembunyi.
Menambah keceriaan anak-anak.

Kegiatan lain yang adek lakukan adalah...
Memasukkan benda ke dalam tasnya dan ke dalam plastik kecil.
Awal rencana di botol, tapi ini masih serupa meski tak sama.

Ada potongan kertas kecil-kecil di rumah, kemudian adek mulai belajar memasukkan ke dalam plastik yang berukuran tidak besar. Dia berusaha perlahan meski hanya beberapa. Setelah itu, dia keluarkan lagi dan masukkan lagi.

Dengan kegiatan ini adek melatih fokus, ketelitian dan pantang menyerah.

Selain itu, ini ide dadakan muncul tatkala bunda sedang di dapur. Adek membawa tas kecilnya. Dia ikut mengacak-acak atau beroperasi di dapur..hehee
Akhirnya bunda minta adek memasukkan benda ke dalam tasnya. Seperti sendok, gelas, wadah makanan.
Selain melatih gerak tangannya, bunda juga sesekali menanyakan benda-benda yang dipegangnya. Seru, bukan?

#tantanganharike3
#kamibisa
#gamelevel3
#kelasbunsayiip3

Jumat, 12 Januari 2018

Melatih kecerdasan anak bagian ke 2

Hari ke 2

Sesuai dengan project bunda, hari ini adalah bermain gane bersama anak-anak.
Namun ada kendala yang terjadi hingga bunda gagal merencanakan sesuai jadwal.

But, it's okay.
Bunda tetap lanjut dengan bermain puzzle.
Di rumah ada beberapa jenis puzzle. Diantaranya huruf hijaiyah, gambar kendaraan, gambar binatang, buah dan alfabet bahasa indonesia.

Apa yang harus anak lakukan?
Seperti fungsi puzzle pada umumnya, anak-anak mulai mencari dan mencocokkan letak benda-benda sesuai dengan tempatnya.

Untuk kakak...
Kakak tertarik dengan huruf hijaiyah. Dia mulai memasangkan huruf-huruf hijaiyah. Dan..alhamdulillah...kakak sudah hafal di luar kepala, semuanya benar. Dia sambil menyanyikan lagu alif..ba..ta..dst. adek pun tepuk tangan dan mengikuti irama dari kakak.

Adek maen apa?
Adek masih random, sesuai dengan keinginannya. Tapi dia senang..dan asyik bermain.

Apa poin hari ini?
Tentang bahasa, anak-anak belajar mengenal kembali tentang sesuatu yang pernah mereka kenal sebenarnya. Harus diulang, agar tidak lupa.

Tentang kemampuan berpikir
Di mana anak-anak sibuk mwncari dan mencocokkan bagian puzzle dengan pasangannya.
Di sini mereka coba melakukan problem solving yang sangat sederhana. Ga sadar tapi sebenarnya ngena.

Tentang agama
Bunda ingin anak-anak familiar dengan huruf hijaiyah, yang nantinya akan terbiasa bertemu huruf dan tulisan arab, melafalkannya, menghafalkam hingga mampu memahami.

Alhamdulillah...
Prjoject berjalan dengan baik.

Namun...ada saja hal lain di luar kwndali bunda.

Saat adek tidur, kakak mulai rewel.
Hmmm..sering begini sekarang.
Ketika adek senang nenen, sudah dalam tahap 80% akan terlelap, kakak rungsing mau pupup.
Mau buka baju karena takut basah. Tapi gak mau lepas sendiri.
Mau pupup..tapi gak mau ke kamar mandi swndiri...
Astaghfirullah..
Bunda pengen marah dan teriak. Tapi saya berusaha menahan emosi.
Saya biarkan saja dia sambil saya menyusui. Setelah adek bobo..baru saya datangi dia.

Hmmmm...
Kakak sudah gak mau pup, tapi masih rewel dan nangis.
Saya tanya kenapa?
Dia menjawab...bajunya gak mau basah. Sekarang gak mau pup lagi.

Si kakak kemudian ga mau pakai baju sampai 1 jam ke depan. Saya biarkan.

Baiklah...dia harus melewati semua ini, saya mencoba untuk tidak marah dan tidak melayani segala keinginannya.

Ini adalah cara saya mulai mengontrol emosinya, mengajari kakak mengapa dia harus menangis dan marah, mengatasi hal-hal kecil yang dihadapinya.
Masih berat...tapi harus terus dilatih.

#tantanganharike2
#kelasbunsayiip3
#kamibisa
# gamelevel3

Kamis, 11 Januari 2018

Tugas bunsay 3 : kecerdasan anak bagian 1

Masya Allah...
Ini sudah tanggal 11 januari, artinya saya sudah melewatkan 7 hari untuk memposting tugas.
Begitu "rapuh" pasca pindahan, liburan, nenek meninggal harus bolak balik lampung dalam waktu singkat, mengikuti acara keluarga yang mendadak dan singkat, mengkondisikan anak yang belum tertata pasca jauh dari teman lamanya, membuat saya terpaku pada rutinitas itu-itu saja.

Hidup adalah pilihan dan saya sudah memilih semuanya, termasuk proses panjang harus pindah rumah.

Baiklah prolog saya sudahi sampai di sini.
Saya ingin membahas tentang tugas bunsay 3 tentang Pentingnya Meningkatkan Kecerdasan Anak.

***********************************

Sebenarnya saya sudah membuat beberapa poin penting saat fasilitator memberikan materi. Tapi baru saya rangkum menjadi satu bagian utuh saat ini.

Hal-hal di bawah ini adalah kegiatan yang akan saya lakukan kepada kedua anak saya untuk melatih kecerdasan mereka. Meliputi semua aspek kecerdasan yang saya pilih beberapa poin yang mungkin saya lakukan, saya amati, dan saya nilai.

Untuk tema project kami adalah..
"Membangun kecerdasan dari Rumah"

Beberapa hal yang menjadi project kami adalah..

1. Kecerdasan intelektual
    Kecerdasan bahasa
    Kecerdasan logika matematika
    Kecerdasan kinestetik-tubuh

    Project
   A. Kecerdasan Bahasa
  Membaca buku bersama adek dan kakak
    Menanyakan gambar dan maksud cerita secara sederhana
    Meminta adek untuk menirukan dan mengucapkan kata yang bunda ucapkan
   Mengajak kakak menggambar dan menceritakan isi gambar secara sederhana

Tujuan : menambah perbendaharaan bahasa, menambah wawasan dan pengetahuan melalui buku, menambah kosakata baru kepada adek dan kakak, melatih pengucapakan kata kepada adek, melancarkan artikulasi kepada kakak.

B. Kecerdasan logika matematika
    Bermain mengurutkan besar dan kecil
    Bermain menyusun pola berdasarkan warna
Bermain memasukkan benda ke dalam botol untuk adek
Menempel, menggunting dan mencocokkan untuk kakak

Tujuan : melatih kemampuan berpikir, logika, menyelesaikan masalah dari hal yang sederhana

   
2. Kecerdasan emosional
    Kemampuan mengenali emosi dan mengelolanya

    Project
    Beristighfar setiap kali melakukan kesalahan
    Mengoreksi penyebab emosi
    Menceritakan masalah
    Menyelesaikan masalah
    Berusaha tidak mengulangi lagi

3. Kecerdasan spiritual
    Benar
    Adil
    Baik

    Project
   Benar > Selalu berdoa setiap akan makan, selesai makan, tidur, bangun tidur, selesai sholat, masuk kamar mandi dan keluar kamar mandi.
     Adil > Sayang terhadap ayah bunda kakak adek dan binatang
    Baik > senyum, ramah terhadap semua makhluk.

4. Kecerdasan menghadapi tantangan

   Project
   Mencoba tidak mengeluh, putus asa ketika ada kesulitan.
   Bersabar ketika bunda tidak mengabulkan permintaan.
   
**********************************

Semua kecerdasan di atas akan saya lakukan dalam 10 hari ke depan, baik dilakukan sendiri ataupun berbarengan tergantung situasi dan kondisi. Karena 4 hal aspek kecerdasan tersebut sebenarnya terikat dan terkait satu sama lain dalam pelaksanaaannya.

Baiklah...
Ini hari pertama kami!!!!!
Semoga konsisten 10 hari berturut-turut...
Karena memang hanya tersisa 10 hari terakhir...

***************************

Membaca bersama

Sedih, setelah sekian lama mencoba membiasakan membaca, sejak adek lahir, hingga dia mulai hoby dan candu, mendadak kebiasaan itu hilang. Kenapa sebab? Karena bunda mual berkepabjangan, sibuk packing, pindahan, liburan dan lainnya..

Dan si adek mendadak kenal gadget dan mulai berpaling dari buku.
Ini peer bunda buat mwngembalikan pusat si adek. Kalau kakak memang sudah tau semuanya, keduanya, gadget dan buku. Dia sudah bisa diajak berbicara, berkomitmen bila mendadak ingin menonton sesuatu di gadget.
Tapi kalau adek yang pegang gadget??? Waaah...bahaya banget!!!

Apa yang kami lakukan?
Berbekal buku halo balita dan board book, bunda mulai mendongeng, mengajak adek dan kakak bercerita. Di sela-sela main mereka dan saat mereka akan tidur.
Efektifkah? Lumayan..
Sayang..belum bisa didokumentasikan.

Beberapa contoh waktu membaca kami
"Adek, ini siapa?" Bunda menunjuk gambar
"Adek"
"Ini?"bunda menunjuk lagi
"Mama"
"Lagi apa?"
"Mamam"
"Mamam apa?"
"Ikan"
Dan seterusnya..

Contoh lain
Dengan suara keras bunda membaca
"Halo balitaaaa...
Aku bisa merapikan mainan sendiri..."
Ah..kakak datang mendekat
"Bunda...ayah pakai apa ini?"
"Oh..ini hidung mainan, kayak hidung badut"
"Mobilnya dimasukkan ke garasi ya bunda?"
"Iyaa..."
Dan aplikatif banget!! Kakak bisa dirayu membereskan mainan berdasar cerita di atas. Alhamdulillah...

Satu poin tentang kecerdasan intelektual dalam hal bahasa.

Selanjutnya...

Terdengar adek menangis...
"Kakak...adek kenapa menangis?"
Kakak terdiam
"Kakak ganggu adek ya? Kakak mau ngapain?"
"Kakak mau lewat terus kena adek?"
Hmm..bunda tau sih memang kakak sengaja mengibaskan tanagnnya dan mengenai adek.
"Kena pukul ya adeknya?"
"Iya...."
"Kakak mau ga dipukul?"
"Gak.."
"Sakit ga dipukul?"
"Sakit"
"Kalau gitu kakak ga boleh pukul ya."
"Iya..."
Sesuai konsekuensi kalau mengganggu orang, pertama istighfar, kedua meminta maaf, ketiga membaca satu surat pendek.
"Kakak..sekarang kakak menerima konsekuensi ya..
Istighfar dulu."
"Astaghfirullahal'adzim..."si kakak beristighfar sebisanya sebnyak 3x
"Sekarang minta maaf ke adek ya.."
"Adekk..kakak minta maaf..." kakak minta maaf ke adek dan adek pun tersenyum
"Sayang adeknya ya kak.."
Kemudian kakak mencium pipi adek.
"Terakhir..kakak hafalan surat An Naas"

Bagian ini yang sulit...kakak suka kabur-kaburan dan malas. Tapi gapapa, selain melayih hafalan, kakak juga harus ada konsekuensi yang membuat jera.
Akhir-akhir ini kakak suka iseng banget ke adek.

Poin di atas adalah cara bunda untuk melatih kecerdasan emosi kakak.
Kakak ga akan selamanya benar..maka ketika salah sia harus tau salahnya dimana, kenapa salah, dan harus bertanggung jawab.

Apakah ini cukup sekali?
Tidak..justru kecerdasan emosi ini yang saya rasa akan paliiiiing lama dan sulit dilakukan jika tidak konsisten.

#tantanganharike1
#kelasbunsayiip3
#gamelevel3
#kamibisa