Minggu, 14 Januari 2018

Melatih kecerdasan emosi anak-anak

Weekend memang saatnya kami biasanya banyak agenda keluar. Lebih tepatnya agenda bunda banyak dihabiskan di sabtu-ahad.
Kalau sudah begini, mau gak mau gak akan banyak aktivitas di rumah yang dikerjakan.

Sebuah tantangan tersendiri untuk bunda sebenarnya membawa kakak dan adik pergi.
Di sini bunda meniatkan pula untuk melatih anak-anak melatih kecerdasan emosionalnya.

Berangkat dengan adik dan kakak berjalan kaki sekitar 200m, apa tanggapan kakak?
"Bunda...kakak capek lho..."
"Ayo kak...sebentar lagi. Nanti bisa ketinggalan angkot lho"
Kakak menurut.

Naik angkot lebih kurang 30 menit, anak-anak tetap tenang.
Pun hal yang sama terjadi ketika antri beli tiket kereta, naik kereta hingga turun menunggu taksi online yang bunda pesan.

Hanya sekali kakak menjerit karena sendalnya lepas, dia takut tertinggal bunda. Selebihnya...okay!
Padahal kalau di rumah...kakak ini termasuk sulit sabar, suka mengeluh dan gampang merasa lelah.

Ketika bunda komunikasikan bahwa kita pergi tanpa ayah, kakak gak boleh rewel, gak boleh minta gendong, kakak sepakat dengan permintaan bunda.
Dan alhamdulillah...dia menepati janjinya.

Tetapi...kenapa yaa...kalau ada ayahnya, kedua anak ini jadi rewelnya luar biasa......???
Yaaaa...mereka minta gendong bareng, minta ini itu, merengek hingga menangis.

Treartment apa ya agar mereka wajar seperti saat dengan bunda?
Belum terpikir hingga kini.

Tapi anyway, bunda merasa traveong bersama 2 anak ini melatih  bunda dan anak-anak untuk lebih peka terhadap lingkungan.
Karena bunda akan naik transportasi umum yang digunakan masyarakat. Bukan memeprsulit anak-anak, tapi mengenalkan dan membiasakan mereka untuk itu.
Semoga sisi emosional mereka terbuka untuk menjadi lebih peka dan pengertian.

#tantanganharike4
#gamelevel3
#kelasbunsayiip3
#kamibisa