Jumat, 30 Maret 2012

Jendela Hati

Aku Ingin Hidup Secerah Mentari
Yang Menyinar Di Taman Hatiku
Aku Ingin Seriang Kicauan Burung
Yang Terdengar Di Jendela Kehidupan

Aku Ingin Segala Galanya damai
Penuh Mesra Membuah Ceria
Aku Ingin Menghapus Duka Dan Lara
Melerai Rindu Di Dalam Dada

Sedamai Pantai Yang Memutih
Sebersih Titisan Embunan Pagi
Dan Ukhuwah Kini Pasti Berputik
Menghiasi Taman Kasih Yang Harmoni

Seharum Kasturi Seindah Pelangi
Segalanya Bermula Di Hati Di Sini...

Jumat, 23 Maret 2012

Menjaga Sepotong Surga

Sebuah tulisan di harian Kompas, kamis 22 maret 2012 mengangkat sebuah artikel tentang Australia. Artikel ini bukan mengangkat tentang kehidupan kota Australia, melainkan menceritakan sebuah tempat wisata di daerah pesisir pantai Australia Barat. Menurut sumber yang penulis baca, tempat wisata ini memberikan hal yang berbeda dibandingkan tempat wisata lainnya. Taman Nasional Leeuwin-Naturaliste ini menyuguhkan suasa damai dan ketenangan bagi para pengunjungnya. Langit dan laut biru juga seakan menjadi saksi kekhidmatan manusia menikmati sajian alam ini. Secara sederhana penulis menerjemahkan bahwa tempat ini bisa menjadi salah satu tempat untuk merenung betapa kerdilnya manusia di hadapan Sang Pencipta. Bukan hanya men-charge ruhani, pengunjung juga dimanjakan dengan pemandangan indah migrasi ikan paus pada bulan april hingga agustus. Sungguh suatu yang langka. Ada juga keeksotisan lumba-lumba yang mengiringi kapal wisata yang sedang berlayar. Begitu sumber bercerita.

Selain itu, tempat wisata ini juga menawarkan kemegahan pemandangan dermaga Busselton sepanjang 1,8 kilometer yang merupakan dermaga terpanjang di bagian selatan khatulistiwa ini. Magnet lain dari tempat ini adalah adanya observatorium bawah laut, dimana kita bisa menyaksikan habitat alami dari 300 spesies ikan dan terumbu karang yang tinggal di sana. Satu lagi yang menarik adalah tumbuhnya bunga-bunga liar, padang rumput, perkebunan anggur, kebun lavender, kebun ara dan rawa-rawa.

Dan yang paling indah dari semua hal yang disuguhkan itu adalah komitmen Pemerintah Australia serta masyarakat setempat dalam upaya pemberdayaan, pelestarian dan menjaga sepotong surga dunia ini. Di sepanjang pantai Australia Barat, tidak ada selembar sampah pun yang akan kita temui. Lain halnya bila kita bandingkan di daerah yang lain, paling dekat Indonesia. Sadar atau tidak, tersinggung atau tidak, Indonesia memang kalah dalam upaya mempertahankan dan menjaga. Penulis sering melihat begitu banyak bagunan atau tempat-tempat strategis untuk khalayak umum yang dibangun, namun tak lebih dalam kurun hitungan bulan, tempat tersebut sudah tak layak pakai. Banyak ide kreatif, pandai membuat namun seolah tak rajin merawat.

Kembali pada sepotong surga, di banyak sisi kehidupan, sebenarnya Indonesia mempunyai berjuta potongan surga dunia yang jika disatukan akan tersulap menjadi nilai keindahan tersendiri. Kekayaan wisata alam dari Aceh hingga Papua bila diolah dengan baik,penulis yakin akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Selain anugrah keindahan alam yang diberikan secara gratis dari Sang Khalik, Indonesia juga mempunyai berjuta kekayaan budaya yang berbeda dari negara lain. Tiap provinsi di Indonesia bila ditilik lebih jauh akan mempunyai ciri yang khas, tidak ada yang sama satu sama lain. Bila ini digaungkan lebih tinggi lagi, bukan mustahil akan menjadi aset negara yang bernilai baik secara moril maupun dikomersilkan. Belum lagi khas citarasa masakan nusantara yang beranekaragam lengkap dengan rempah-rempah asli Indonesia.

Namun semuanya hilang ditelan deru keributan di panggung elit maupun rakyat jelata. Tak ada yang tersisa dari keeksotisan bumi Indonesia. Miris rasanya bila mendengar Sang Ibu pertiwi diberitakan hanya seputar pertikaian yang tak kunjung selesai. Bencana alam yang sejatinya mampu menggerakkan kesatuan dan persatuan seluruh elemen, praktis hanya menjadi musibah segolongan kelompok lemah. Permasalahan pengangguran dan  kemiskinan masyarakat bawah seakan hanya menjadi tontonan elite dan menjadi bahan perbincangan di Gedung orang-orang berdasi namun tak juga menghasilkan solusi pasti.

Seandainya bumi Indonesia mampu dilestarikan secara benar dalam kerangka kesejahteraan khalayak ramai, mungkin potongan-potongan surga itu sudah mampu dinikmati oleh 200 juta penduduknya. Mungkin juga mampu mengentaskan permasalahan-permasalahan yang menjerat kehidupan kami. Mungkin juga mampu mendatangkan income bagi negara. Mungkin juga mampu menarik wisatawan dunia dan menggali kembali kepercayaan mereka bahwa Indonesia negara yang mandiri dan ramah. Mungkin juga mampu menghindarkan dari bala dan bencana dari alam.

Kemungkinan itu masih ada jawabannya, antara iya dan tidak. Semoga Indonesia masih mampu menyisakan potongan-potongan surga di penjuru daerah yang harapannya mampu disatukan kembali. Menjadikan Indonesia menjadi negara penjaga surga. Semoga....amin....

Sabtu, 17 Maret 2012

"Tiga Sisi"





Kutelusuri jalan ini, kadang berjalan perlahan, kadang merangkak dan kadang pula berlari. Tak kusangka begitu cepat semua ini terjadi. Atas keyakinan diri, aku tetap melangkah meski waktu tak akan mungkin terkejar. Ini hidup dimana semuanya bermain, bukan sekedar imajinasi. Hidup yang kau jalani namun kadang kau ingkari. Hidup yang sebenarnya mudah namun selalu kau buat sulit.

Hidup memberikan tiga sisi nilai, sebuah kenangan yang telah terjadi, permasalahan yang sedang dihadapi dan sejuta angan yang terus dimimpi. Kenanganmu tak selalu memberikan keindahan, tak jarang kesedihan bersemayam di dalamnya. Bahkan lebih jauh lagi, duka nestapa itu pula yang akan merangkulmu lebih erat hingga esok menjelang. Namun akankah itu semua menjadi penghalang untuk tetap tertahan pada satu sisi. Sejatinya tidak. Dan memang tidak. Harimu menantimu kini dengan sejuta senyum. Harimu mengajakmu untuk berkelana menyongsong mimpi yang telah kau tanam kemarin. Kau akan siap memanennya dengan melupakan harimu yang lalu. Janganlah berhenti pada satu sisi, karena bisa jadi ia akan melemahkanmu. Lihatlah esok, dia menantimu tanpa ragu. Melambaikan tangannya seakan kita tamu agung yangdiharapnya datang. Hari esok membebaskanmu untuk menghayal dan berangan setinggi mungkin. Tak aka nada yang pernah salah dengannya, karena ia milikmu. Kau memilikinya sebebas mungkin yang kau mau.

Tiga sisi yang selalu beriringan, bagaikan gulungan ombak yang bergantian menerpa karang. Memukau namun juga menakutkan. Ingin direngkuh namun juga takut terjatuh. Tiga sisi itu yang akan membawamu ke satu titik. Tertinggal, tetap ataupun melangkah. Percayalah, tak ada yang abadi dengan ketiga sisi tersebut. Bergeraklah untuk menjalaninya, bukan terkelungkup dalam baying wajah kosongmu.

Tiga sisi Hidup yang membawa pada impian yang tak pernah abadi.

_Cinta di ruang Cahaya_

Selasa, 06 Maret 2012

Sendiri

Kesendirian itu terkadang membosankan
Ketika kau melihat keramaian di luar sana bahkan kau tak dapat merasakannya
Kesendirian itu juga terkadang melenakan
Hal yang mampu kau perbuat lebih baik menjadi terabaikan
Hal yang seharusnya tak kau lakukan menjadi tak terkendalikan
Kesendirian terkadang menyakitkan
Ketika yang lain mampu berbagi dengan lainnya
Kau hanya melihat dan tak mampu menggapainya
Kau hanya mendengar dan tak mampu melakukannya
Kesendirian juga mampu mematikan....
Mematikanmu ketika kau semakin menjauh dari-Nya dalam keniscayaan yang kadang kau ingkari.

Jumat, 02 Maret 2012

"Cahaya"

Cahaya itu hanya sebuah angan

Kadang ia nampak

Tak jarang pula ia menghilang hingga terasa gelap

Cahaya itu semu

Yang tak selalu membawa kesejatian

Cahaya itu khayalan

Khayalan untuk membawamu jauh terbang tinggi

Khayalan untuk menjemput sebuah impian

Khayalan untuk membuatmu tersenyum

Cahaya itu bukan niscaya

Tapi ia akan selalu ada

Untukmu juga mereka



_Di balik ruang cahaya, 2 maret 2012, 17:03_