Sabtu, 08 Desember 2012

Senandung Cinta Untuk Bunda


Bunda, langitku sedang bahagia
Bila mampu kau lihat, ia sedang berbagi lewat tetesan-tetesan hujannya yang menyejukkan hatiku
Mengingatmu di kala hujan, membawa kedamaian dan kehangatan…
Sehangat pelukan mesramu

Bunda, hatiku sedang terbaring lemah
Berjarak raga dengan engkau nun jauh di sana
Aku butuh dekapanmu kini….
Sambil mendengarkan senandung lagu yang kau bisikkan di telingaku…
Meninabobokkan tidur lelapku
Menyemai mimpi-mimpi dalam bayang nyatamu

Bunda, aku rindu dengan aroma teh tubruk pagi itu
Kau sajikan panas-panas bersama sepiring singkong rebus dari kebun belakang rumah
Bersama kicauan burung gereja, kita bercanda
Mengeja gurauan fajar yang baru menyingsing di ufuk timur

Bunda, ingatkah 20 september waktu lalu?
Ketika aku malu-malu membawakan sebuah bingkisan kecil untukmu
Hatiku berdegup kencang
Tak biasanya aku menghadapmu dengan wajah yang kaku
Dan aku makin tersipu
Ketika Bunda mengatakan, “Kado buat Bunda?”

Bunda, 24 tahun aku mengenal dunia
Menjejaki tiap lika-liku perjalanan
Ada suka yang membuat tawa
Tak jarang nestapa membuat derita
Namun Bunda,  taukah engkau?
Perjalanan ini terasa masih menyenangkan
Karena kau masih saja berdiri di depanku
Memberi arah yang tak pernah salah
Kau masih saja di sampingku
Mengawal dari bisikan-bisikan yang menjerumuskan
Kau tetap di belakangku
Menguatkan dari rasa lelah dan kalah…..

Bunda, jelas masih terasa …
Do’amu yang selalu tulus teriring
Berbalut nada-nada penuh cinta
Mampu menjagaku kini…
Dalam perjalanan hidupku di tanah perantauan…

Untukmu Bunda…
Senandung cinta dari ananda.

Gubuk Mentari
8 Desember 2012


Senandung Cinta Untuk Bunda


Bunda, langitku sedang bahagia
Bila mampu kau lihat, ia sedang berbagi lewat tetesan-tetesan hujannya yang menyejukkan hatiku
Mengingatmu di kala hujan, membawa kedamaian dan kehangatan…
Sehangat pelukan mesramu

Bunda, hatiku sedang terbaring lemah
Berjarak raga dengan engkau nun jauh di sana
Aku butuh dekapanmu kini….
Sambil mendengarkan senandung lagu yang kau bisikkan di telingaku…
Meninabobokkan tidur lelapku
Menyemai mimpi-mimpi dalam bayang nyatamu

Bunda, aku rindu dengan aroma teh tubruk pagi itu
Kau sajikan panas-panas bersama sepiring singkong rebus dari kebun belakang rumah
Bersama kicauan burung gereja, kita bercanda
Mengeja gurauan fajar yang baru menyingsing di ufuk timur

Bunda, ingatkah 20 september waktu lalu?
Ketika aku malu-malu membawakan sebuah bingkisan kecil untukmu
Hatiku berdegup kencang
Tak biasanya aku menghadapmu dengan wajah yang kaku
Dan aku makin tersipu
Ketika Bunda mengatakan, “Kado buat Bunda?”

Bunda, 24 tahun aku mengenal dunia
Menjejaki tiap lika-liku perjalanan
Ada suka yang membuat tawa
Tak jarang nestapa membuat derita
Namun Bunda,  taukah engkau?
Perjalanan ini terasa masih menyenangkan
Karena kau masih saja berdiri di depanku
Memberi arah yang tak pernah salah
Kau masih saja di sampingku
Mengawal dari bisikan-bisikan yang menjerumuskan
Kau tetap di belakangku
Menguatkan dari rasa lelah dan kalah…..

Bunda, jelas masih terasa …
Do’amu yang selalu tulus teriring
Berbalut nada-nada penuh cinta
Mampu menjagaku kini…
Dalam perjalanan hidupku di tanah perantauan…

Untukmu Bunda…
Senandung cinta dari ananda.

Gubuk Mentari
8 Desember 2012