Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Juli 2014

Palestina, apa kabarmu di sana?

Palestina…

Palestina, apa kabarmu di sana?
Bagaimana Romadhonmu di sana?
Kami di sini baik, bahkan sangat baik
Meski Romadhon, kami sangat sibuk
Sibuk dengan dunia kami yang tak ada habisnya

Palestina, apa kabarmu di sana?
Bagaimana puasamu di sana?
Ku dengar di sana tak ada lagi makanan tersedia
bila kau di sana tak mampu lagi sahur dan berbuka
kami di sini justru sedang menyusun menu teristimewa
menjadwalkan buka bersama di restoran ternama
belanja lauk pauk beraneka warna
bahkan seringkali makanan kami tersisa

palestina, bagaimana dengan romadhonmu di sana?
Apakah kau sudah kholas 1 juz hari ini?
Kami masih sibuk mengejarnya, wahai palestina
Tak jarang mengejar hingga batas waktu tiba
Bahkan tajwid pun kadang jadi terlupa

Palestina, apakah kau bangun tengah malam untuk munajat padaNya?
Haaaah, palestina…
Kami ternyata lebih suka nonton piala dunia
Bagaimana bisa kami bermunajat, palestina?
Sedang suara televisi lebih menggugah selera
Bahkan tak jarang kami alpha hingga shubuh tiba
Ah, mungkin kau bertanya
Setelahnya, kau akan berdzikir bukan?
Hmmmh, kami tertidur setelahnya, palestina

Palestina, bagaimana malammu di sana?
Gelapkah? Mengeluhkan engkau?
Kami di sini pun gelap karena listrik yang enggan menyala
Dan sumpah serapah kami lontarkan karenanya

Palestina, bagaimana kabar anak-anak di sana?
Anak-anak kami sangat bahagia dengan mainan baru mereka
Lebaran nanti pun akan kami belikan baju dan sepatu baru
Kami juga akan mengajak mereka jalan-jalan ke tempat yang baru

Palestina, bagaimana persiapan lebaran kalian?
Hmm…kami masih sibuk dengan belanja
Sebentar lagi akan lebaran bukan?
Tentu saja kami menyiapkan baju lebaran dan seragam keluarga
Menyiapkan resep kue terlezat
Menyiapkan tabungan untuk masak-masak
Ah palestina, sungguh uang kami habis
Untuk mempersiapkan lebaran ini

Palestina..
Di sini tak ada bom
Tak ada meriam
Tak ada kelaparan
Tak ada penderitaan
Tak juga ada tangisan kesedihan
Tapi kami masih saja gontok-gontokan
Main hujat-hujatan
Makan kekenyangan
Tidur terus-terusan
Tarawih malas-malasan
Tilawah pun jadi enggan
Sedekah penuh paksaan, di sisa-sisa belanjaan
Rindu ramadhan kami bisa jadi pura-puraan

Palestina, ini negeri kami
10 juli 2014
Ruang Sunyi.




Inikah negeriku (Indonesia)?

Marah, sedih, kesal, muak, jijik…..
Aaarrrrghhh….
Ya Allah….

Demokrasi yang mereka agung-agungkan lagi-lagi mereka nodai sendiri. Beginikah cara mereka hidup? Menghalalkan segala cara untuk suatu ambisi yang mereka inginkan? Sungguh….terlaknatlah mereka dengan kecurangan mereka, terpelesetlah mereka dengan segala tipu daya dan makar yang mereka buat. Karena sungguh..makarMu lebih hebat ya Allah.

Ya Allah, ini Indonesia, negeriku
Negeri dengan rahmat berpenduduk 250 juta jiwa
Negeri dengan rahmat kekayaan alam yang luar biasa
Negeri dengan rahmat pulau-pulau tersebar di mana-mana
Negeri dengan rahmat muslim terbanyak di dunia
Tapi apa?
Kami jauh dari rasa syukur
Kami jauh dari rasa makmur
Kami terperosok dalam kebodohan
Terperangkap dalam kemiskinan

Ya Robbi..inikah negeriku?
Yang rakyatnya sengsara
Tapi penguasa berfoya-foya

Ya Robbi..inikah negeriku?
Yang mereka bisa korupsi milyaran
Sedang lainnya tak bisa makan

Ya Robbi..inikah negeriku?
Yang kekayaannya melimpah ruah
Namun tak membawa berkah

Ya Robbi..inikah negeriku?
Negeri penuh bencana, apakah karena banyak dosa dari kami ya Robb?
Negeri penuh kekerasan, apakah karena hukumMu kami nafikan ya Robb?
Negeri yang penuh dengan kemunafikan, kebohongan, kedustaan, penghianatan, kedzoliman
(mungkin) karena kami jauh dari kitabMu, Al Qur’an ya Robbii.. L

Inilah negeriku ya Robb….kini..
Entah esok atau lusa,
Mungkin negeri ini akan mulai berbenah
Atau justru makin menyebar fitnah

10 juli 2014
Ruang sunyi.

Senin, 03 Februari 2014

Denting Cinta






Denting cinta yang kumainkan bersama waktu
Mengurai tanya yang tak jua terjawab
Dalam kisah kasih kita yang terajut
Mengurai benang cerita antara kau dan aku


ketika rasa bersemayam dalam kalbu

memancarkan cahaya yang tak pernah redup
satu persatu langkah dan kata semakin padu
membingkai hati
membangun pondasi yang hakiki
di tengah teriknya sinar sang mentari
dalam dekapan dinginnya malam yang mencekam
bersama rinai sang hujan

bintang yang gemintang
kini tak lagi menjadi penghalang
tu’ menjumpai megahnya singgasana rembulan
dalam sudut ruang  langit yang luas membentang
dan kunang-kunang datang
membawa sebuah kerlipan cahaya yang tak lagi terbias
antara aku, yang tak lagi akan menyendiri
dan engkau, yang kan terus membersamai
dalam denting cinta penuh makna
membentuk barisan nada cinta
dan melodi hari yang nyata

denting cinta,

03 februari 2014

Selasa, 19 Februari 2013

Derai Cinta


Sejenak cinta menyapa
Dalam ruang rindu yang menyergap pedih
Memelukmu hingga tak terlepas
Merengkuh hatimu hingga kau jatuh tak bernafas
Tapi itu bukan cinta

Mata sayu memandang rembulan malam
Bergemnntang diterpa cahaya bintang
Bersahutan jerit jangkrik
Memecah kesunyian
Memecah melodi kepdihan hati
Sejenak….

Rinai hujan
Membuka semburat harapan dalam petang
Tak ada warna yang menyapa
Merah menjauh
Kuning tak tampak
Hijau tak jua hadir
Tak ada warna itu
Semuanya semu
Menerjang mimpi-mimpi malamku kemarin
Mengoyak singgasana hatiku yang tlah membuncah
Tak berdaya
Tergolek lemah
Tak mampu berdiri
Namun hanya mampu diam saja
Tak ua mampu menjerit
Aaaaaaaaaarrghhhhhhhh….

Pergilah malam…
Biarkan angin menusukku dengan denting hujan yang membersamai
Biarkan senyap menyergapku dalam diamnya
Dan pagi semakin lama dan lama dinanti

Tak ada cinta
Tak ada hati
Hanya ada harap
Pada TuhanMu….

Jelang malam, 19 februari 2013

Secercah Harapan


Tak perlu ada sesal dalam langkah
Karena waktu yang terjamah tak mungkin berputar arah
Meski lelah
Jiwa melemah
Masih ada secercah harap dalam tiap do’a dan senyuman
^___________________________^
.nafasyira.


Rabu, 30 Januari 2013

Tanah harapan

Ini sudah hampir pukul 4
Matahari masih berdiri megah
Cahayanya terang memancar ke tiap sudut bumi
Hari ini begitu cerah
Meski sejenak mendung menghampiri bumiku
Mengajak bersenandung tentang hujan yang hampir tiba
Hujan rintik menyapa
Sejenak
Membasahi bumiku yang kering dan berdebu


Lihatlah pohon-pohon di balik kaca
Menghijau dan bercahaya
Seolah ia tersenyum di balik panas sang raj
Menyejukkan bagi siapa saja yang  mendekatinya
Pohon pengharapan
Nafas kehidupan
Aku tertahan di sini
Di tanah pengharapan.

Bintaro, 30-01-13
*Nafasyira*

**********

-->
Aku menatap langit
Ia membiru bersama awan putih
Ia diam tak berkata
Di bawahnya bumi jua menatapnya
Sambil menatap langit yang membiru
Dan ia tetap diam tak berkata

Tetap diam
Terjaga...

Bintaro, 30 Januari 2013