Cahaya itu makin lama makin mendekat….
Dan kini, ia hadir. Semakin
mencerahkan ruang kehidupan kami..
You, khubaib al arsyad
Sabtu, 1 mei 2014 pukul 11:30.
Dari dalam kamar mandi, aku panggil-panggil suamiku dengan keras.
“Ada apa”? tutur suamiku ketika
itu.
Ya Allah, bahagia sejujurnya aku. Namun ada takut menyelimuti. Sehabis
buang hajat, aku melihat ada lendir darah bercampur dengan cairan kental warna
putih di underwarku. Itukah tandanya bahwa malaikat kecilku ini akan
lahir? Sebelum-sebelumnya aku sudah banyak membaca dan bertanya tentang
tanda-tanda awal kelahiran. Ada yang menyebutkan bahwa ada lendir darah
berwarna pink yang keluar, ada juga pecah air ketuban atau rasa mulas di area
perut dan sekitarnya.
Dan…hari ini aku mengalaminya. Alhamdulillah wasyukurillah. Meski
lendir darah keluar, aku tidak merasakan sakit di bagian perutku. Masih biasa
saja. Akhirnya kami putuskan hari itu
akan ke bidan terdekat untuk periksa. Pukul 2 siang, kami ke bidan.
Sesampainya di sana, bidannya sedang pergi ke Batan Indah. Hmmh…kecewa rasanya.
Namun Alhamdulillah, mbak yang ada di rumah tersebut langsung merespon dengan
sangat baik. Dia bertanya perihal mengapa kami ingin menemui bidan Bu Parwito.
Kami ceritakan kronologisnya. Mbak itu pun paham. Langsung saja, dia menelpon
Bu Parwito dan menyambungkan kepadaku. Aku ceritakan kepada Bu Parwito bahwa
aku telah mengeluarkan lendir darah
berwarna pink. Bu Parwito pun menjawab dengan antusias. Beliau bilang, iya
tunggu saja. Beliau akan langsung pulang ke rumah.
Kami mencari makan siang hari itu, sambil mengira-ngira kedatangan Bu
Parwito. Wah ternyata kami sampai di rumah Bu Parwito, beliau sudah menunggu. Tanpa
berlama-lama lagi, Bu Parwito langsung memeriksaku. Beliau memriksa bagian
perutku. Dan kemudian beliau akan melakukan periksa dalam. Akan melihat apakah
aku sudah mulai ada pembukaan atau belum. Deg…aku takut mendengar akan periksa
dalam. Benar saja. Ketika beliau akan mulai memeriksa, aku mulai berkeringat.
Takut..entah kenapa. Akhirnya Bu Parwito bilang jangan takut karena bias
semakin sakit kalau aku tidak rileks. Hwaah cukup lama proses itu. Walau pada
akhirnya berhasil juga. Rasanya…lumayan sakit. Ini kali kedua aku periksa
dalam. Perasaanku saat diperiksa, takut sakit, risih, malu, campur aduk lah. Oh
iya, hasil pemeriksaannya, aku sudah mau bukaan 1. Bu Parwito bilang aku
mennati saja hingga nanti saatnya sakit di perutku sudah mulai 5 menit sekali.
Alhamdulillah..
Sore ini aku mulai merasakan mules di perut dan bagian bawahnya. Masih
jarang-jarang tapi rasanya gak nyaman. Kebetulan pecan ini adalah jadwal aku
harus periksa lagi ke dr. Tety, maka aku dan suami akan ke rumah sakit malam
itu. Namun sorenya, aku masih bias pergi kondangan lhoh…hehee. Walau agak
sempoyongan karena pake high heel, akibat enggak ada sandal yang lain. Hahaa..
Sampai di rumah sakit langsung ditimbang dan tensi. Tensi normal dan
beratku waaaaw, 65,5 kg… fantastis!! Ini berat tertinggi yang pernah
kumiliki..huhuuu. subhanallah…ternyata antrian panjang banget. Lupa dapat nomor
berapa, 10 seingatku. Ya Robb…jam berapa bias consult dengan dokternya?
Akhirnya karena malas menunggu (kami tau dr ini cukup lama pemeriksaan 1 pasien
nya), kami menuju Serua. Hahaa… ada-ada saja. Kami ke tempat Bidan Lilis yang
dulu dari usia 0-7 bulan memeriksa kandunganku. Senangnyaaa….sesampainya di
sana, kami disambut dengan sangat baik. Bahkan bidan Lilis mengatakn kalau pagi
harinya, dia masih membaca rekapan buku tentang aku. Owhh…terharu. Seperti
biasa, bidan ini memeriksaku dengan sangat perlahan, lembut dan hati-hati.
Hmm…tapi aku kecewa. Karena hasil pemeriksaannya aku belum pembukaan. Akhirnya
kami berpamitan dan ke rumah sakit lagi.
Mungkin karena selama perjalanan, jalannya agak bergelombang tiba-tiba
saja perutku mengalami kontraksi. Mulas banget dan terjadi agak sering. Aku
udah agak deg-deg an juga. Alhamdulillah…akhirnya jatah pemeriksaanku. Dengan
teliti, dr.Tety memeriksaku. Dia melihat berulang kali hasil usg di layar.
Menurutnya, ukuran kepala sang bayi sudah besar. Air ketubannya di batas ambang
minimum, hanya 5. Padahal normalnya 7. Deg…aku mulai panic. Kemudian dr.Tety
langsung melakukan periksa dalam. Katanya, aku sudah bukaan 1. Alhamdulillah.
Melihat kondisi air ketubanku yang kurang, dr.Tety menyarankan untuk memonitoring
kekuatan jantung bayiku. Ya Allah…aku
senang sebenarnya sudah tanda-tanda mau melahirkan. Namun kenapa prosesnya
ribet sekali rasanya.
Aku diantar sampai ke ruang dimana keadaan bayiku akan dikontrol. Di
perutku dipasang alat detak jantung bayi. Sepertinya bidannya tau bahwa aku
deg-deg an. Dia bilang, “rileks saja bu”. Pemeriksaan pertama, hasilnya
kontraksi berjalan cepat. Itu artinya waktuku melahirkan bias jadi hanya dalam
hitungan 1x24 jam. Dan aku disarankan untuk sudah langsung menginap di rumah
sakit. Ohh…aku gak mau sebenarnya. Karena menurut bidannya, aku harus terus
dipantau. Terkait perkembangan bayiku juga pembukaan ku. Pukul 12 selesai
pemeriksaan. Dan pukul 1 dini hari, aku akan diperiksa lagi. Ya
Allah..beginikah proses akan melahirkan?
Kami berdua makan malam, ya malam sekali sampai mendekati pagi. Aku
diperiksa lagi. Hasilnya kontraksi tak jauh berbeda. Aku pun beristirahat.
Pulas. Sedangkan suamiku sibuk menjemput adiknya yang datang dari bandung. Juga
mengambil perlengkapan persalinanku. Aku tak tahu..hehee. ibu, mbak, kakak
iparku pun sedang menuju kemari untuk menunggui persalinanku.
Alhamdulillah….Allah memberi saudara-saudara yang sangat memperhatikanku.
Pagi datang, kontraksiku justru menurun. Saat diperiksa pagi pukul 6, aku
masih saja bukaan 1. Huft…aku agak kaget. Masa’ tidak ada penambahan? Ya
Allah…mudahkanlah. Akhirnya, pagi itu aku dan suami jalan-jalan di perumahan
villa dago. Lumayan…cukup jauh. Aku bersemangat sekali. Berharap pembukaan
segera naik. Saat perjalanan akan pulang, aku mulai kesakitan. Perutku mulai
mulas lagi. Rsanya kontraksinya makin sakit. Alhamdulillah, syukurku padaMu ya
Robbi. Setibanya di rumah sakit, sudah ada keluargaku dari Lampung. Ya
Allah..bahagianya. namun kulihat wajah ibu pucat pasi. Hmm..ibu. beliau memang
tidak sanggup untuk menunggui anaknya yang akan melahirkan. Aku memakluminya.
Sekitar pukul 10 aku kembali diperiksa. Periksa dalam dan control detak jantung
bayiku. Ya Robbi….masih pembukaan 1. Hmmh…
Ibuku ke rumah beserta kakak iparku dan ponakanku. Aku ditemani mba ten.
Sekitar pukul 2 aku diperiksa lagi. Sudah bukaan 2. Alhamdulillah… perkiraan
lahir akan mendekati lagi. Subhanallah…. Karena persalinanku ternyata masih
lama, maka keluargaku yang dari Lampung dan adik iparku juga istrinya, Ariya
dan Icha akhirnya pulang. Ibuku?? Beliau menunggu di rumah. Sendiri..
Sorenya aku tidak diperiksa. Baru malam aku diperiksa kembali. Sehabis
isya’. Masih pembukaan 2. ya Allah…aku rasanya ingin pulang. Sampai aku minta
kepada bidanku untuk memberikan persetujuan. Bidan dan suster yang merawatku
selalu mengatakan, “tunggu izin dari dr.Tety ya bu”. Huuh….kesal rasanya.
Sampai malam aku bolak balik jalan naik turun tangga. Berharap pembukaan
bertambah. Namun malam itu aku merasakan tidak mampu tidur nyenyak. Ada rasa
sakit dan mulas di bagian perutku. Aku hanya berharap persalinanku semakin
dekat.
Senin pagi, 03 maret 2014
Pagi dini hari, aku merasakan rasa mulas di perutku. Tapi sampai jam 5
aku baru dicek kembali. Aku diperiksa dalam dan dicek tensi nya. Alhamdulillah
sudah bukaan 3. Tensi pun masih normal. Karena memang ingi n segera melahirkan
dan melihat malaikat kecilku, sejak diperiksa terakhir aku bolak-balik tangga
dan berjalan terus menerus. Sampai ditegur oleh perawatnya…hehee
Dan…mulas di perutku mulai semakin meningkat. Jedanya pun rasanya makin
cepat. Akhirnya pukul 8 lewat aku bilang ke perawatnya. “sust, kayaknya mules
saya udah sering banget lho. Ini hampir 3-5 menit sekali”. Sembari saya
menunjukkan catatan mulas. Karena memang saya tulis lhooh… :-D. susternya
bilang, “baik bu sebentar lagi periksa dalam”. Awalnya kayaknya gak percaya
sich perawatnya Karena jam 6 an baru periksa dalam kan..huhuu
Akhirnya sekitar jam 9 kurang, aku periksa dalam. Degg…udah bukaan 7. Ya
Allah…senangnya. Namun perutku semakin gak karuan. Seketika itu juga aku
langsung menelpon teh imut untuk merebuskan telur ayam kampung dan membawakan
ke rumah sakit. Sejak bukaan 7 aku sudah di ruang bersalin. Perutku makin
melilit. Bidan yang memeriksaku sudah langsung menghubungi dr. Tety. Persiapan
melahirkanku pun mulai disiapkan. Aku melihat bidan itu bolak balik membawa
gunting dan lainnya dalam sebuah nampan alumunium. Ada juga kain-kain putih dan
lain-lainnya. Aku makin deg-deg an. Alhamdulilah ada suamiku yang dengan sangat
setia menemani. Memijat punggungku, memegang tanganku dan rela kutarik-tarik,
ku cubit (haha…) kalau aku kesakitan. Setiap 30 menit, aku mulai makan sari
kurma dan madu 3 sendok. Untuk menanmbah tenaga. Karena katanya melahirkan
butuh energy super besar. Pukul 10.30 atau sekitar itu, teh imut datang membawa
telur. Aku langsung memakannya. Dan mulai itu juga perutku mulai gak karuan
rasanya. Mau duduk sakit, berbaring sakit, nungging sakit. Ya Allah rasanya….
Aku langsung mulai mengingat ibu. Beginikah dulu rasanya ketika
melahirkan aku? Ya Allah, ampunilah dosa-dosa ibuku.
Detik terus berganti, dan sakitku semakin menjadi. Seluruh bagian perutku
rasanya seperti dipelintir, pahaku berat. Pantat dan pinggang juga rasanya pegal. Teh imut
sangat sabar menungguiku dan memijat punggungku. Ya Allah, balaslah teh Imut
dengan mengabiulkan harapan-harapannya.
Dhuhur tiba. Suamiku izin untuk melaksanakan sholat dulu. Dan aku masih
terbaring menunggu persalinan dengan ditemani teh imut. Aku sudah agak lupa, tapi
sepertinya di jam-jam ini dr.Tety datang. Beliau periksa dalam lagi. Dan..alhamdulillah
sudah mau bukaan 9. Katakanlah bukaan 9. Ya Allah…sebentar lagi ini. Suamiku
datang, dan teh imut sholat. Perutku semakin melilit. Dr.Tety menyuruh bidan
untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam cairan infusku. Meski aku masih sadar namun
rasanya udah samar-samar. Setelah disuntikkan, maa syaa Allah. Kontraksi dan
mulasku makin menjadi. Hampir tak ada jeda. Untuk bergerak seluruh badanku
sakit. Bahkan untuk minum sari kurma dan madu saja aku sudah tak sanggup. Dan inilah
detik-detik mendebarkan itu…
Aku sudah tak mampu banyak berpikir. Yang akumau ketika itu adalah bayiku
segera keluar. Ya Allah…disinilah aku mulai mengingat Mu dengan
sebenar-benarnya. Aku langsung mengingat mati. Bagaimana jika aku mati saat
itu? Ampuni aku ya Robb…aku hanya mampu beristighfar dan mengucapkan takbir .
di saat itu pula bayang-bayang ibuku terlintas jelas. Ibu….maafkan anakmu ini. Maaf
karena belum mampu membalas dengan apapun juga. Bapak, dia seakan-akan
tersenyum padaku. Menguatkanku. Dan sekejap seluruh keluargaku, mba ten, emas,
mba anis, mba al dan orang-orang terdekatku rasanya semuanya hadir. Hanya satu
yang ingin kukatakan ke mereka. Maafkan semua kesalahanku.
Dan suamiku…yang sangat setia menemaniku. Aku masih mampu melihatnya di
sebelah kiriku sambil tersenyum dan terus menyemangatiku. I love you, sayang. Terimakasih
untuk pengorbananmu…
Aku tidak begitu jelas mendengar suara orang yang menurutku tiba-tiba ada
banyak di sekelilingku. Aku merasa mereka seperti suara nyamuk yang berdenging
di kupingku. Fokusku hanya satu. Aku hanya melihat dr.Tety di depanku. Dan dia
mulai galak (hehee) ketika sudah bukaan 10 dan itu artinya aku harus mulai mengejan
agar bayiku keluar.
“ayo bu farial, udah bukaan lengkap. Bayinya udah mau keluar.”
Aku tak mampu berkata-kata lagi. Aku hanya mampu beristighfar dan
bertakbir. Hanya itu yang kuulang-ulang.
“kalau sakit, tarik napas dari hidung yang panjang, buang lewat mulut.”
Ya, aku melakukannya. Tapi sakit makin menjadi. Kalau ada yang bilang
bahwa melahirkan itu tidak sakit, aku mengatakan aku kebagian yang sakitnya.
“udah mules belum? Kalau udah mules, langsung mengejan ya”, lanjut
dr.Tety
Ya Allah…sakit sekali ini..rasanya tidak sanggup lagi. Aku mules…ya…ini
mules hebat
“mules banget dok..”, ujarku menahan sakit
“ayo…tarik napas…terus mengejan, dorong yang kuat”
Aku mulai mencoba melakukannya.
Ya Allah….aku sudah berusaha, tapi bayiku tak keluar juga
“bu farial, kasian bayinya di dalam. Dia udah mau keluar juga. Ayo dorong
yang kuat” dr. Tety memotivasiku terus menerus. Di sekelilingku juga banyak
orang yang menyemangati. Tapi…aku benar-benar tidak mendengar mereka.
Mules lagi..
Aku lagi-lagi mencoba mendorong dan mengejan sekuat tenaga. Ya Allah…rasanya
gak kuat. Pasrah. Bagaimana ini? Tapi aku ingin bayiku selamat.
“bu farial, rambut bayinya udah keliatan, ayooo lebih keras lagi.” Dr.Tety
tidak berhenti member arahan dan motivasi.
Aku juga mendengar suamiku menyemangatiku.
“ayo bunda semangat. Dedek bentar lagi lahir”.
I love you, suamiku. Tapi ini susah sekali.
Tiba-tiba…aku lemas. Tak punya tenaga. Aku merasa di atasku ada sesuatu
yang menarik perhatianku. Ya, tenagaku habis rasanya. Entahlah, mungkin
orang-orang memanggilku. Namun aku tak mendengar apapun. Rasanya seperti di
alam lain. Ya Allah…apa ini..
“Bu farial…ayoo semangat. Jangan lemas. Kuat…ayoo kuat”
Deg…aku kaget. Aku mendengar kembali dr.Tety memanggilku.
“ini rambutnya udah keliatan. Kasian bayinya masuk lagi nanti.”
Dan Alhamdulillah…aku mempunyai kekuatan lagi.
Aku mulai menarik nafas yang panjang kemudian langsung mengejan dengan
keras. Perutku didorong oleh entah siapa. Aku menarik kakiku sekuat tenaga. Dan
detik-detik berganti. Kuulang lagi usahaku tadi.
Dan subhanallah…..bayiku lahir
ya Allah….bahagianya aku…
Aku mendengar suara tangisnya. Ingin langsung ku dekap dia. Tapi aku
benar-benar tak berdaya. Aku tak punya tenaga lagi. Anakku..kau sudah melihat
dunia nak….
Teh imut mendekatiku, mmeberi selamat sambil menangis. Sedang aku seperti
masih bingung. Benarkah aku sudah menjadi ibu. Seterusnya aku sudah lupa. Badan
juga sudah tidak berasa. Bahkan ketika dijahit yang katanya jahit obras
(hehee), sudah tidak terasa sakit sama sekali. Suamiku mendekatiku. Senyumnya mengembang
lebar sekali…
Dan yang paling kutunggu, akhirnya hadir. Bayiku diletakkan di atasku. Ini
IMD (Inisiasi menyusui dini). Lucunya….anakku…yang ketika itu belum ku tahu
namamu..
Sayangku…anakku…penyejuk hatiku. Jadilah anak yang sholeh ya nak. Engkau adalah
kado terindah di ulangtahun pernikahan orangtuamu. 3 maret 2013 kami menikah. Dan
tepat satu tahun setelahnya, engkau lahir ke dunia. Sungguh anugrah Allah yang
tiada duanya ketika itu..
Robbi
hablii minas shoolihiin. ..
Robbanaa
hablanaa min azwajinaa wa dzurriyyatina qurrota a’yun waj’alnaa lilmuttaqinaa
imaamaa…
3
maret 2014 pukul 13:55 mujahid kecilku terlahir ke dunia….
anakku..ekspresinya ketika baru saja lahir...^^