Apel…upacara..terasa sangat
asing di telinga anak-anak sekolahalam Bintaro, entah di sekolahalam lain yang
serupa bagaimana. Namun pagi ini ketika kami akan melakukan apel, banyak anak
melontarkan pertanyaan. Hmm..wajar juga sich karena masih TK B, usia yang masih
berkisar 5-6 tahun. Tapi bagiku ini menggelitik. Karena rasanya sedari kecil
pun aku tahu apa itu upacara. Mungkin karena background keluargaku yang
memang suka mengenalkan tentang arti upacara kenegaraan, nasionalisme dan
pembicaraan seputar itu. Lucu memang melihat kepolosan anak-anak yang bebas dan
apa adanya. Seperti tanpa aturan mereka mampu berkreasi dengan segala imajinasi
mereka. Namun..ups…tunggu dulu. Semua ada batasnya, juga keteraturan kita…
karena tanpa ada batasan, kita bisa jadi orang yang indisipliner…
Sebelum ada agenda upacara
di sekolah ini, aku merasa anak-anak cukup kocar-kacir. Sulitnya untuk tertib,
terlebih di level kelas besar, di level SD. Kalau masih TK alhamdulillah…mereka
justru semakin baik. Ketidakdisiplinan mereka tampak dari cara berbarisnya juga
ketika “kegalauan” mereka ketika ada meeting umum di sekolah. Meskipun mungkin
di sekolah lain pun semua anak tidak akan betah untuk duduk atau berdiri diam
lama-lama, namun di sekolah ini kegalauan ini cukup parah, menurutku. Bila ada
orang bicara pun tak segan anak menyela. Berjalan dan berlari terasa biasa saja
di hadapan orang yang lebih tua. Ini harus dicari solusinya, bukan?
Alhamdulillah….di awal
tahun ini banyak amunisi laki-laki baru di sekolah ini. Pertanda baik, hehee. Dengan
adanya atau banyaknya laki-laki di sekolah ini, harapan minimal dari kami,
anak-anak akan menemukan figur bapak. Karena selama ini sekolah amat didominasi
kaum hawa. Selain itu ketegasan seorang laki-laki jelas akan berbeda dengan
perempuan. Cara pendidikan kaum adam ini juga diharapkan mampu meminimalisir “kegalauan”
anak-anak selama ini.
Program dibuat dan
dijalankan. Semuanya butuh proses. Diawali dengan upacara pembukaan pertama
kali masuk sekolah, kemudian disusul dengan agenda berikutnya, dan juga camping
(baru anak TK), semua berangsur-angsur baik. Hal ini juga tak terlepas dari
peran nasihat fasilitator dan ketegasan para bapak-bapak ini dalam menetapkan
rules ketika akan sholat dan agenda lainnya. Disiplin…mulai tertata lebih baik.
Kembali ke upacara. Dalam upacara
jelas kedisiplinan menjadi nomor wahid yang harus ditanamkan. Kedisiplinan
tepat waktu, berbaris dan mengkondisikan diri sendiri. Tak mudah mengajarkan di
awal. Namun dengan berjalannya waktu dan adanya pembiasaan maka InsyaAllah
semuanya akan tertanam. Bukankah bisa karena biasa?? Ya..pepatah ini benar
adanya. Bahkan untuk anak berkebutuhan khusus pun semua yang dikira tak
mungkin, bisa jadi mungkin. Syaratnya…dengan pembiasaan. Pembiasaan akan
menjadikan manusia berkarakter seperti apa yang dilakukannya. Inilah value yang
akan diharapkan juga muncul pada anak-anak melaluiupacara. Dengan adanya upacara, anak-anak
diharapkan terbiasa untuk disiplin, mendengarkan orang lain yang berbicara,
menghargai waktu dan masih banyak lagi. Upacara kami beda lho dengan upacara
biasanya. Hm,awalnya janggal..heheee. jelas kalau di instansi yang lain yang
namanya upacara ada bendera dan kita hormat padanya. Namun kami tidak
menggunakan itu. Kalau ada benderanya, ya dipasang. Kalau tidak, ya sudah. Lagu
Indonesia Raya tetap kami perkenalkan meskipun pada akhirnya yang
menyanyikannya guru. Karena anak-anak belum hafal liriknya.
Alhamdulillah…upacara hari
ini cukup tertib. Semoga akan terus tertib dan termaknai dengan sempurna. Aamiin.