Kenapa tertawa???? Ini hari
istimewa bagiku, benarkah? Engak juga sich….^^^
Hm…jadi ingin mengingat 24
tahun yang lalu ketika aku lahir ke dunia menatap dunia dengan tangisan. Huuuh…mungkin
dunia ini tempat yang terlaknat ya seperti yang pernah Allah sampaikan.
Aku sudah 24 tahun,
alhamdulillah…. Ini pertanda bahwa usaiku semakin matang. Bagaimana dengan
imanku? Semoga lebih baik ya Robb….
24 Tahun, sisa umurku aku yakin
tak lama lagi. Sebentar lagi pasti aku akan menghadapNya, bertemu Allah ‘azza
wajalla. Setiap detik waktu berputar, setiap detik itu pula pertemuanku dengan
Allah semakin dekat. Lalu, sudah siapkah diirku? Kalau ditanya pasti aku kaan
bmenjawab, “belum”. Namun aku sedang berusaha untuk menjadi yang terbaik di
hadapanNya. Bebrapa waktu terakhir ini aku juga tiba-tiba rindu sekali kepada
Allah, entahlah..rasanya ingin segera bertemu. ketika imanmu naik, apa yang
ingin kau lakukan??? Aku ingin bertemu Robbku, cukup itu.
Ya Robbiii….aku sudah menginjak
kepala 24. Usai yang seharusnya menjadikanku semakin bertaqwa kepadaMu. Usia
yang seharusnya mampu semakin menyejaherakan lingkunganku. Usia yang pantang
sia-sia dan seharusnya bermanfaat bagi sesama. Ya Robb…semoga aku selalu
bersama-sama orang terbaik di jalan dakwahMu. Mengarungi kehidupan hanya
berlandaskan AlQur’an dan Sunnah RosulMu dan bertujuan hidup karenaMu.
Ya Robbi..jadikan usia 24 tahun
sebagai sebuah momentum perubahan yang berarti. Momentum harus dicari bukan? Dan
semoga ini momentum yang tepat. Ya Robb..terimakasih telah menemukanku dengan
orang-orang terbaik di dunia ini.
Tiba-tiba aku mengingat tentang kematian. Kematian yang pasti akan
terjadi pada setiap makhluk. Kematian yang jelas telah Allah sebutkan
berulang-ulang dalam Al Qur’an.
” Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.
QS. Al-Imran (3), Ayat 185
“ Tiap-tiap yang berjiwa pasti
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kami lah kamu akan dikembalikan. ” QS.
Al-Anbiya` (21), Ayat 35
Itu adalah 2 cuplikan ayat di Al Qur’an yang menjelaskan tentang
kematian. Dua ayat yang diawali dengan kalimat yang redaksinya hampir sama. “tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati”. Apakah manusia berjiwa? Apakah kita berjiwa?
Apakah aku berjiwa? Lalu….apakah kita akan mati? Apakah manusia akan mati?
Teringat teman dekatku dulu ketika SD. Namanya Umi martina, aku jelas
benar mengingat bagaimana perawakannya. Sudahlah tidak usah aku sebutkan, aku
sedih mengingatnya. Aku hanya berpikir, dia meninggal ketika usianya 11 tahun
menginjak 12 tahun. Usia yang belum baligh. Tentu saja dia masih suci, belum
ternoda dan belum juga bertumpuk dosa seperti aku. Sungguh..aku yakin dia di
surga kini menanti Ayah-Bundanya untuk berkumpul di sana? Itu cerita
tentangnya, anak yang masih suci.
Bagaimana dengan aku kalau mati saat ini? Apa yang bisa aku banggakan?
Bagaimana denganmu? Apakah kau sudah merasa “pantas” untuk bertemu Robbmu? Apakah
Allah sudah pasti akan memanggil kita dari jauh dan menatap kita dengan senyum?
Apakah kita akan masuk ke dalam lingkaran surga bersama kekasih Allah? Apakah kita…………..?
apakah kitaaaaaaaaaa? Apakah akuu…………….?
Ya Robbi…bertubi-tubi pertanyaan melintas di pikiranku tentang akhir
hidupku. Terkadang aku merasa agar dosaku tak semakin bertumpuk, ingin rasanya
saat taubat seperti ini, sesegera mungkin aku bertemu denganMu. Namun…ada
kalanya hamba masih ingin di sini. Menyemai pahala sebanyak-banyaknya,
menghapus dosa hamba yang hitungannya sudah tak terukur. Ya Robbi….pantaskah
airmata hamba menjadi penebus dosa selama hidup bertahun-tahun dengan dosa?
Masih ingatkah aib dan dosa-dosa yang kita lakukan, sobat? Masih ingatkah?
Masih ingatkah bagaimana kau melanggar syariat Allah dengan sadar? Masih ingatkah
kegalauan ketika kau bermaksiat sementara di tengah-tengahmu suara adzan
berkumandang, anak-anak bersholawat pada Rasulnya? Masih ingatkah ketika kau
menghambur-hamburkan uang dengan menonton, makan berlebihan, shopping yang
jelas sekdar keinginan bukan kebutuhan sementara di samping kita begitu banyak
anak-anak, orangtua peminta-minta yang kita abaikan saja? Ya Allah…………bagaimana
kami mampu menghapus dosa-dosa kami ini?
Wahai diri….masih ingatkah engkau dengan masa kecilmu? Ketika engkau
belum mampu berjalan, ayahmu dengan tenang dan sabar menatihmu hingga lengan
mereka lelah namun mereka abaikan. Masih ingatkah bagaimana ibumu sedikit
membelanjakan uangnya demi membayar uang sekolah kita? Dan apa balsanmu? Kau mengingkari
janjimu dengan berbuat dosa setiap saatnya kini?
Masih ingatkah dengan peluh dan keringat ayahmu ketika pulang dari
mencari nafkah? Masih ingatkah engkau dengan tangisan Ibu di tengah sepertiga
malamnya sementara kita nyenyak tertidur? Sadarkah engkau wahai diri dengan
pengorbanan jiwa, raga, fisik, do’a kedua orangtuamu? Apa yang mampu kau balas
untuk mereka? Hal baik apa yang mampu engkau berikan sebelum wafatnya? Apa…? Apa…wahai
diri?
Hanya segudang maksiat yang bisa kau pamerkan? Kau perbudak dirimu
dengan kesenangan duniawi yang tak berujung….
Wahai diri..bagaimana kau akan merasakan nikmatnya iman sementara
engkau masih bersenang-senang dengan kebathilan. Bagaimana kau akan merasa
bahagia sementara kau diam saja melihat kemiskinan…
Ya Robb….mengapa pintu hati kami tertutup? Ya Robbi…masihkah kami bisa
kembali kepadaMu??
Ya Allah…apa yang bisa kami bawa sepulang kami dari dunia ini? Malu kami
rasanya.. bagaimana kami mampu melihat aib-aib kami dipertontonkan di hari
perhitungan? Bagimana kami mampu memikul derita kami nanti di surga? Masih bisakah
Engkau memaafkan kami hingga kami bersih sebersih-bersihnya? Ya Allah….ampunilah
kami. Ampunilah…..
Ya Robbi..ini benar-benar jeritan hati kami. Jeritan hati seorang
pendosa yang ingin bertaubat. Jeritan hati hamba yang lalai. Masih bisakah
Engkau menuntun kami untuk ke jalan yang benar. Kami tidak ingin pulang
kepadaMu dengan tangan kosong. Atau bahkan dengan tangan yang menggenggam
lumpur dosa? Kami hanya ingin menghadapMu dengan wajah penuh rona cahay. Ingin kami
hanya berkumpul dengan orang-orang sholih. Tak ingin kami mencicipi hawa neraka
ya Allah…..sungguh ya Allah…
Ya Allah…kami mohon jaga kami. Tetapkan kami di jalanMu. Matikan kami
dalam keadaan Khusnul Khotimah. Jadikan kami sebaik-baik umat di zaman kami,
umat yang memberi manfaat. Umat yang senantiasa bertaubat, bukan ketika kami
melakukan maksiat tapi juga dalam keadaan taat. Ya Robbi..terimalah permohonan
kami….
"Ya Tuhan,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah
kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201).
Tak terasa
sudah 2 tahun aku berada di sekolahalam bintaro, sebuah yayasan pendidikan yang
bertujuan mendidik anak menjadi pribadi yang berakhlak Robbani. Tak hanya anak
sejatinya, sekolah ini pun menjanjikan (hanya dalam pengertian saya pribadi)
untuk memperbaiki akhlak dan kecerdasan sang guru. Jadi, itulah alasan saya
masih bertahan di sini, karena landasan sekolah ini benar dan tetap
berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadits.
Ketika di
sini, kami mempunyai program bahasa inggris, program yang mengenalkan bahasa
inggris lebih familiar di kalangan anak-anak wabilkhusus untuk fasilitator. Program
ini telah berjalan kurang dari 3 tahun yang dipantau langsung oleh sebuah
lembaga consultant “English Essential” yang digawangi oleh Miss Almara
Ayuningtyas. Lembaga ini sangat concern
sebenarnya, namun hasil yang kami peroleh saya rasa masih biasa-biasa saja. Kadang
terasa stagnan, lebih lagi kadang merasa mundur satu langkah ke belakang.
Selama ini
di sabin (sebutan sekolahalam bintaro) ada English
Day setiap hari rabu. Guru diminta berkomitmen untuk speak English for everyone termasuk yang paling harus menjaga
konsistensi ini adalah penanggungjawabnya. Namun…hasilnya tetap nihil. Sang penanggungjawab
pun karena banyak kepentingan rapat, mengajar selain bahasa inggris dan lain
sebagainya akhirnya tidak bisa komit untuk satu hal ini. Wajar saja…dan tidak
bisa disalahkan.
Sebenarnya,
apa sebabnya? Setelah saya telisik lebih jauh tentang program bahasa inggris
ini ternyata ada hal mendasar yang seharusnya diperbaiki lebih cepat. Menurut saya
pribadi setelah berbincang tentang program bahasa inggris di sekolah lain,
seharusnya sabin mempunyai seorang yang menjadi icon bahasa inggris. Anggaplah
dia seorang konsultan + pengajar. Sehingga setiap anak, guru, bahkan orangtua
akan tau dan sadar tentang hal ini. Sang konsultan ini stay di sabin selama 1 minggu penuh dan harus full English. Siapapun yang ingin bicara dengannya harus berusaha
untuk berbicara bahasa inggris. Atau bisa dibuat slogan “no English, no service”. Dengan adanya sang icon ini diharapkan aroma
dan suasana bahasa inggris akan semakin kental terasa. Ini sekedar evaluasi dan
harapan kami sebagai seorang yang cinta betul dengan sabin dan semua yang ada
di dalamnya. Semoga tersalurkan… ^__^
So, don’t stop trying to speak English. English is
skill , not knowledge.
Rabu sore kemarin, 30 Januari
2013 aku bergegas untuk pergi ke apotek. Dengan perasaan cemas karena hari
sudah mulai menginjak petang, aku langsung saja ambil tas mungilku buatan Bu
Merka Nanda. Berharap tidak macet di perjalanan, aku terus seraya berdo’a.
alhamdulillah..tidak lama kemudian aku mendapatkan angkot bertuliskan Jombang –
Ciledug. Aku akan pergi ke arah Ciledug tepatnya menuju Apotek Century atau K24
yang berada di sebelahnya. Dengan penuh keyakinan….yang kucari pasti ada.
Akhirnya….tiba juga tepat di
depan Apotek Century. Aku buka perlahan pintu masuknya dengan mendorongnya ke
dalam. Dari dalam, petugas yang menjaganya tersenyum dan berkata, “ada yang
bisa dibantu mbak?”
“iya mba, saya mau cari mineral
oil. Ada?”
“mineral oil ya? Tunggu sebentar
ya…” mbak petugas tersebut berjalan ke dalam, sepertinya akan tanya kepada
orang lain.
Tak lama kemudian mbak yang
tadi keluar bersama seorang perempuan yang terlihat lebih dewasa darinya.
“mau cari apa mba?”, tanya mba
yang baru muncul.
“mineral oil mba”
“untuk apa?”
“untuk percobaan”
“maaf…kosong mbak”
“sedang habis mbak?” tanyaku
“bukan..memang tidak tersedia
di sini”, jawab mbaknya sambil tersenyum
“ohh..terimakasih mbak”
Aku langsung berlalu keluar. Hmm…..di
Century saja tidak ada, bagaimana di tempat lain??? Aku makin ragu. Tepat di
sebelah apotek Century ada apotek juga. Apotek K24. Aku berharap di sana ada,
amin…
Pintunya tertulis dua kata,
dorong dan tarik. Aku memilih untuk mendorong karena pasti akan lebih mudah
untuk mendorong daripada menarik. Sampai di dalam tidak ada yang menyapaku. Ada
seoramg laki-laki namun dia biasa saja. Hmm….mau dibeli gak ni apotek ya? Aku langsung
saja manyapanya.
“mas…ada mineral oil gak?”
“mineral oil mba?
“iya”
Si petugas laki-laki tersebut
langsung berteriak memanggil temannya dari luar. “ada yang cari mineral oil,
ada gak?”
Seorang perempuan keluar.
“cari apa mba?”
“mineral oil mba”, sahutku
“maaf..tidak ada”
Singkat, padat, jelas.
“ohh..yaudah, makasih ya…”
Huft…gak ada lagi. Dimana kau
mineral oil? Bahkan wujudmu pun aku tak tahu….
Dan akhirnya aku mengubah
rencana untuk kamis. Rencana dadakan yang alhamdulillah…..selesai juga.
Namun tetap penasaran. Mineral oil,
seperti apa dirimu? And where are you???????????