Ini adalah
sebuah kisah yang mungkin sudah seringkali kita dengar. Kisah tentang Ayah dan
anaknya. Seorang ayah yang sangat bijaksana dalam mengasuh, mengajar,
membimbing anaknya. Sebuah ketauladanan yang patut untuk ditiru. Salah satu
kisah beliau adalah sebagai berikut.
Pada suatu
hari Sang ayah mengajak anaknya untuk berjalan-jalan ke hutan. Dan anaknya
mengikuti permintaan ayahnya. Singkatnya, ketika sampai di hutan sang anak
dibiarkan berjalan sendiri tanpa dituntun oleh ayahnya. Dan tiba-tiba saja sang
anak terjatuh. Sat terjatuh ia langsung menjerit keras, “tolooong….”. namun
ayahnya diam saja. Anak tersebut akhirnya pun mampu bangkit sendiri seraya
berseru, “ahh….sakit”. sekonyong-konyong ada suara yang datang dan persis mengucapkan
apa yang si anak katakana. Karena penasaran maka si anak tersebut kembali
berteriak, “hai….kau siapa?”
Suara itu
kembali membalasnya dengan mengatakan, “hai….kau siapa?”
Si anak
semakin marah. Lalu ia berteriak lantang, “hai..bila kau berani datanglah
kemari…” suara itu kembali datang dengan ucapan yang sama. Semakin kesal si
anak berteriak, “bodoh kau!!”. Dan kembali suara itu membalasnya.
Ayahnya kemudian
datang. Dan sang ayah berteriak, “wahai orang baik…..”
Kemudian ada
suara yang sama mengembalikan perkataan sang ayah. Si anak bingung. Sang ayah
kembali berteriak , “engkau orang sholeh”,
suara itu kembali membalasnya.
Kemudian si
anak bertanya, apa maksud semua ini.
“wahai ayah,
siapakah orang itu? Dia mengejekku namun dia memujimu”
Ayahnya tersenyum.
Itu bukan orang yang berbicara. Itu adalah gema.
“gema?”, sahut
sang anak
“ya, itu
adalah gema. Di dalam hutan seperti ini, suara kita akan menggema. Suara yang
kita keluarkan akan dipantulkan kembali. Seolah-olah kembali kepada kta dan
membalas apa yang kita ucapkan”. Jadi, bila kau berkata baik, suara itu akan
mengembalikan dengan perkataan baik. Demikian pula sebaliknya , bila kau
berkata buruk maka dia juga akan mengembalikan dengan perkataan buruk.
“Ini maksud
ayah datang kesini”, lanjut ayahnya. Ayah ingin mengajarkan tentang nilai
kehidupan. Dalam kehidupan ini engkau harus memahami bahwa setiap kebaikan akan
dibalas dengan kebaikan. Keburukan juga dengan keburukan. Seperti gema tadi,
bila engkau menuai perkataan kotor maka dia akan membalasmu dengan hal yang
sama. Namun bila kau berkata baik maka dia akan membalas dengan hal yang baik.”
“maka,
tebarlah kebaikan agar engkau juga akan memanen kebaikan.”, lanjut ayahnya
sambil tersenyum.
Sahabat, ini
adalah sebuah pelajaran kecil, sebuah pengingat untuk kita semua terutama saya
untuk senantiasa mengingat tentang makna hidup ini. Kita sering terlupa untuk
peduli dan aware terhadap perilaku
kita. Dan kita seringkali mencari-cari dalih pembenaran tentang segala
perbuatan kita. Padahal alam telah mengajarkan segalanya, berilah yang baik
maka kita akan mendapatkan yang baik. Memberi dulu baru menerima. Bukan senaliknya.
Wallahu a’lam
bisshowab.
senin, 4 februari 2013
Bener banget... memberi dulu baru menerimaaaa..... ^^
BalasHapus